Wednesday, October 31, 2007

Siapa Lubangi Langit-langit?

Siapa lubangi langit-langit malam ini

Bentuknya sebundar koin

Berpendar bagai pijar dikejar kering


Siapa lubangi langit-langit malam ini

Berjuta celah sebesar jarum

Berpendar bagai pijar dikejar kering


Siapa lubangi langit-langit malam ini

Merobek gelap sedikit-sedikit

Yang jatuh ke relung hati

Berpendar bagai pijar dikejar kering

Ngasal Dari Hati

Latihan, ayo semangat latihan! Setiap malam dalam beberapa hari ini, gua berusaha menjalankan ritual sebelum gua mengijinkan alam sadar bertukar shift dengan alam bawah sadar. Ya… setidaknya dua paragraph lah, tapi kalau bisa lebih jauh sich… lebih bagus. Boleh nulis apa aja, pokoke semangatnya tetap satu, latihan nulis. Walau mata udah sepet, dan besok pasti pasti jadi berat bangun, tapi gua harus dan butuh melakukan ritual ini. Kalau nggak kapan lagi bisa menorehkan sari-sari hati. Kalau di kantor, sebagian besar yang gua tulis untuk klien (kecuali gua curi-curi waktu buat nulis blog,hehehe). Untuk itu perlu adanya penyaluran lain, menulis ngalur ngidul buta arah tapi melek rasa.

Malam ini gua agak lebih ngantuk dari pada malam sebelumnya. Sepertinya karena tadi malam makan sedikit terlalu banyak. Jadi lambung harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengunyah ekstra makanan yang gua asup. Mentang-mentang dapat voucher Pizza Hut dan udah ampir kadaluarsa (31 okt 2007), gua sekeluarga melahap berbagai hidangan di sana. Sewaktu pesan kok rasanya lebih enteng dari biasanya. Nggak terlalu dipikirin menu yang bisa akrab sama kantong. Pokoknya pesen yang kita pengen makan. Pas bill kerluar, kita Cuma harus tambah 15rb! Bayangkan, satu pizza large stuffed crush, 1 lasagna, salad, 2 garlic cheese, chicken wings, coffee latte (ini pesenan bokap, biasanya dia bawa minum sendiri, coba bayangkan!) dan satu pitcher honey lemon tea. Udah seabrek-abrek gitu tapi bayar murah. Huahaha. Keajaiban empat lembar kertas bertuliskan voucher Rp 50.000,- huhuiiii!

Gawat, lasagnan gua kayaknya mulai berontak, berantem kali sama si meet lovers. Huf…

Sekarang rasanya gua harus tidur nih. Lampu kesadaran gua semakin meredup, cahanya mulai berpendar kelelahan. Seperti ultraman yang kehabisan tenaga. Sampai di sini saja dulu ritual malam ini. Huf… menulis memang nikmat mat mat mat, apalagi nulisnya sesuka jidat dat dat dat. ;)

Monday, October 29, 2007

Lebih Baik

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang bisa dengan tepat dan cepat resapi brief

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang bisa lebih tinggi melayang untuk mengetuk pintu imajinasi tertinggi

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, agar mampu terjemahkan imajinasi jadi rangkain kata-kata dari hati.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang mampu lalui hari tanpa ucapkan keluh walau hati luluh oleh gagal.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang tak pernah datang terlambat apalagi hilang semangat.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, agar mampu lahirkan karya terbaik dari yang terbaik.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang sabar pahami maunya klien bahkan ketika mereka sendiri tak tahu apa yang mereka mau.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang tak mudah puas dan selalu buas untuk terus berkarya dan belajar.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang bisa tulus peduli tak hanya kepada mereka yang baik padaku, tapi juga kepada mereka yang menatapku setengah hati.

Jadikan aku copywriter yang lebih baik, yang tidak malas latihan nulis walau mood sedang nggak mood mengukir kata.

Tapi…

Jangan jadikan aku copywriter terbaik sebelum aku berhasil jalani semua dengan baik.


Jadikan aku copywriter yang lebih baik

Jadikan aku copywriter yang lebih baik

Jadikan aku copywriter yang lebih baik

Agar aku bisa memberikan yang terbaik.

amien

Friday, October 26, 2007

Prematur

Delapan bulan yang singkat berlalu sudah. kisah ngasal tentang kehidupan dua orang emak-emak yang menjabat AE dan satu copywriter di dalam ruangan putih kecil yang berantakan sudah mencapai episode terakhir. Bukan karena rating pekerjaan yang jelek, bukan juga karena banyak klien yang complain, hanya karena ke dua emak-emak yang kadang suka bertransformasi menjadi kompor gosip itu, mendapat peluang yang lebih baik. simpel kan?

Ruangan putih kecil yang berantakan ini segera saja menjadi sepi. Penghuninya tinggal seorang copywriter berdua bersama sepinya. Celotehan dan hujatan spontan yang biasanya keluar dari ke dua emak-emak itu ikut pergi bersama mereka. yang tinggal hanya komputer-komputer, meja kosong dan beberpaa potong ingatan akan masa-masa seru mereka yang sulit untuk di gantikan.

Mungkin si copywriter aja yang terlalu mellow, banyak orang sih yang bilang begitu, tapi emang perasaannya dia saat ini seperti itu. Si copywriter hanya mencoba jujur sama diri sendiri, hal yang sekarang ini sepertinya terlalu sakit untuk dijalani. Tuh kan mellow lagi. huahahaha

Akhir dari kisah ini bukan untuk nangis-nangisin karena sejujur-jujurnya perasaan si copywriter, ya happy buat mereka. Dan dia yakin semua yang kenal kedua emak-emak itu pasti merasa sama, karena kita tahu sama tahu apa aja perlakuan nggak adil yang sudah mereka dapatkan dari... ya... bilang aja "dia yang namanya tak boleh disebutkan".

Dalam perjalanan kisah ini, dari episode pertama sampai hari terakhir ini, emang nggak selalu berjalan mulus, tapi justru semua itu yang membuat kisah ini jadi menarik.

Sekarang si copywriter harus turun dari bukit kenangan dan kembali bertapa di lembah pekerjaan untuk menghadapi deadline dan untuk mengabdi sementara ke "dia yang namanya tak boleh disebutkan". kenapa sementara? Ya... mungkin aja besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, si copywriter akan mengikuti langkah ke dua emak-emak itu, mendapatkan peluang yang lebih baik. ;) Banyak berdoa dan bekerja sepenuh hati, hanya itu saja yang bisa dia lakukan.

Selamat jalan dua orang emak-emak titisan kompor gosip cap gosok-sosok. Kapan-kapan kita kumpul lagi, di bebek sobek misalnya, atau di izzi pizza. makan pake discount dari esia. huahahaha.

Thursday, October 18, 2007

Lagi-lagi Lembar putih yang Sama

Sekali lagi aku menorehkan huruf-huruf elektronik di sebuah lembaran putih kosong yang terperangkap di dalam layar dengan keyakinan yang masih mengambang di kentalnya ragu. Kemanakah hati ini harus melangkah, karena aku butuh kepastian, karena waktu berlalu tak peduli, karena sekarang adalah saatnya - sekarang atau tidak sama sekali. Aku lelah memelihara cemas yang susah diatur, kenapa dia tidak pergi saja ke neraka atau ke surga sekalipun, aku tidak peduli.

Kau tahu, jauh di dalam sana mungkin sebenarnya aku tahu kemana harus melangkah. Sekarang yang aku butuhkan hanya cara dan sedikit keyakinan lebih untuk bisa menemukan jawaban tersembunyi. Tak akan lagi aku memohon lebih kepada sang waktu, karena ia absolut, utuh dan dingin. Tak akan lagi aku bertaruh dengan keberuntunganku untuk menunggu datangnya kereta kesempatan yang tepat di pikuknya stasiun harapan. Kali ini aku akan membeli tiketku sendiri, mengangkat koperku sendiri dan melangkahkan kakiku dengan kepastian untuk mengejar yang belum pasti, namun aku tak akan menyerah walau harus lelah singgah dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Karena sekarang aku berjuang mengukir peta perjalanan hidupku. Dan entah di mana, di suatu tempat, aku pasti bisa menemukan keyakinan akan jawaban yang sebenarnya sudah terjawab, jauh di dalam sana.

Di Kala Bumi Demam

Saat ini malam seakan menarik sedikit terlalu ketat selimut hitamnya yang berpola bintang-bintang kecil, menjadikan hawa sedikit gerah dan lembab oleh keringat. Hanya tersisa sedikit lubang yang melengkungkan sebuah senyuman lebar bercahaya kekuningan di atas sana. Berjuta prajurit nyamuk melayang-layang bersama tiupan hangat angin kipas angin sambil memilih kulit mana yang tepat untuk mereka menyuntikkan jarumnya lalu mengisi perutnya dengan darah segar. Dalam kegerahan yang sunyi ini waktu seakan berjalan lebih lambat. Massa udara seakan menjadi lebih padat, sehingga setiap udara yang terhirup, memenuhi dadaku seperti cairan jelly yang belum membeku. Sambil duduk, tanpa sadar setetes demi setetes keringatku meluncur berbalapan mengunakan seluruh tubuhku sebagai sirkuitnya. Lelah pun singgah lebih cepat dan hanya dengungan sayap nyamuk di telinga, sentuhan kaki-kaki halusnya dan perasaan tak rela menghidangkan darahku demi mendukung eksistensi mereka di dunia, yang membuatku kuat terus terjaga.

Tiba-tiba sekelibat pikiran menghampiri diri, apakah bumi sedang sakit, terserang flu mungkin, sehingga malam menyelimutinya sedemikian rapat. Lalu pesawat televisi di ruang tamuku menjawab dengan mengabarkan tentang melernya Lumpur dari hidung bumi tanpa terbendung terus menerus, lalu badai bersin yang memporak-porandakan rumah dan kehidupan di beberapa belahan dunia, lalu ada panas tinggi yang melumerkan es di kedua ujung dunia. Meninggalkan rintihan sedih beruang kutub yang kehilangan tempat berpijak dan bermain dengan anak-anaknya. Dan aku menjadi yakin kalau memang bumi sedang sakit, bahkan lebih parah dari apa yang sedang kubayangkan. Wabahnya menjalar, berbalik menyerang si virus itu sendiri. Namun tanpa disangka sebagian kecil dari bermilyar virus itu sadar dan berubah menjadi antibodi bumi, tapi sebagian besanya terus menikmati peran sebagai sang penghancur.

Menjadi bagian besar penghancur yang pelan-pelan pasti menghancurkan diri sendiri atau menjadi bagian kecil yang mampu membawa perbedaan besar dalam menyemaikan harapan bagi tawa lugu kehidupan yang hidup di balik kabut masa depan. Di manakah nurani anda berpijak?

Tuesday, October 9, 2007

Bulan Berkah Bagi Semua

Hari ini hari apa ya? hm... O iya, Jumat! Bis itu hari apa? sabtu-minggu. abis itu? sabtu-minggu. trus? sabtu-minggu, sabtu-minggu, sabtu-minggu, dan sabtu-minggu! Horeeeee! HUahahaha! :p - Bibirz, Rabu 10-10-2007

Bulan ini emang membawa berkah bagi kita semua. Gimana enggak coba? Pertama, lo dapet gaji 2x lipat, terus kerja cuma 2 minggu udah gajian lagi. Liburan ampir 2 minggu, dan yang menjadikannya sempurna adalah jalanan Jakarta yang lowong dan kalau lo perhatiin, beberapa terakhir ini cuaca bener-bener mendukung. Adem... Angin bertiup sepoi membawa kesejukan membelai-membujuk pergi segala gerah dan resah. Huahahaha!

Sayangnya hari-hari seperti ini hanya terjadi setahun sekali (gak termasuk cuaca ya), jadi selama kita masih bisa, nikmatilah surga sesaat ini dengan sepenuh hati dan fisik. Karena hari-hari akan berlalu tanpa mau nengok kebelakang dan bilang "woi! santai aja, gua tungguin kok".

Selamat liburan ya semua wahai teman, saudara, pacar, musuh, dan semua orang yang gua gak kenal sekalipun, karena dalam keceriaan kita semua sama.

Sunday, October 7, 2007

Hati Seringan Awan


Aku ingin pergi, tapi tak ingin lari. Aku mau berpaling tapi dalam senyum. Aku ingin mencabut hati yang sisa setengah dengan sepenuh hati tanpa ada kesal atau kecewa, bagiku dan bagi semua. Biar aku tinggal di sini semua perih dan dendam yang juga lahir di sini. Biar semua menjadi buku usang untuk kupelajari ketika harus menghadapi tantangan di depan. Karena tak ada yang lebih menggairahkan daripada langkah pertama dengan hati seringan awan demi meraih cita yang tergantung tinggi di langit impian.

Friday, October 5, 2007

We All Got The Power To Change

Once upon a time there was a wise man who used to go to the ocean to do his journal writing. He had a habit of walking on the beach before he began his work.

One day he was walking along the shore. As he looked down the beach, he saw a human figure moving like a dancer. He smiled to himself to think of someone who would dance to the day. So he began to walk faster to catch up.

As he got closer, he saw that it was a young man and the young man wasn’t dancing, but instead he was reaching down to the shore, picking up something and very gently throwing it into the ocean.

As he got closer he called out, “Good morning! What are you doing?”

The young man paused, looked up and replied, “Throwing starfish in the ocean.”

“I guess I should have asked, why are you throwing starfish in the ocean?”

“The sun is up, and the tide is going out. And if I don’t throw them in they’ll die.”

“But, young man, don’t you realize that there are miles and miles of beach, and starfish all along it. You can’t possibly make a difference!”

The young man listened politely. Then bent down, picked up another starfish and threw it into the sea, past the breaking waves and said, “It made a difference for that one.”

There is something very special in each and every one of us. We have all been gifted with the ability to make a difference. And if we can become aware of that gift, we gain through the strength of our visions the power to shape the future. We must each find our starfish. And if we throw our stars wisely and well, the world will be blessed.

Aku Sungguh Cinta!

Aku sungguh bangga mencintai bahasaku. Walau banyak orang bilang bahasa kita miskin. Tapi itu karena mereka belum pernah dibuat orgasme oleh sang bahasa. Aku menikmati setiap jengkal persetubuhan kami baik dengan mata atau tangan yang menggerayangi setiap lekuknya. Karena setiap aksara seakan punya gelora yang berbeda. Arti boleh sama, pengucapan mungkin mirip, tapi rasanya beda berjuta. Sebaiknya jangan lagi kau rendahkan bahasamu sendiri, karena bahasamu mengartikan dirimu.

Thursday, October 4, 2007

Cape deeeee...

Gak punya waktu ladenin orang ngambek. Kenapa? karena lo bukan cewek. lo ngaceng kan kalo liat cewek montok? Enakan sex sama cewek? Jadi kalau loe ada masalah sama gua, ngomong layaknya laki-laki. Jangan cicing terus ngambek kayak cewek. Kalau loe milih untuk tutup mulut, berarti no hard fillings. (Soalnya gua begitu). Sory nih, bukannya apa-apa, tapi kita ini kerja bareng, kalau ada masalah yang gantung mana asyik. Tapi kalau loe tetep bungkam mulut, yaaa berarti emang cuma segitu aja luas hati loe.

Meraba Dalam Gelap

Pernahkah kau, mencari jalan keluar dalam gelap, sendirian. Ruang sebesar apapun seakan menyusut sempit dan sesaknya merasuk langsung ke dalam dada. Ketika panik kian menjalari tubuh, mencari-cari pegangan untuk dijadikan penuntun rasanya percuma, karena hanya keyakinanmu yang mampu membuka jalan. Ketika kau merasa tak ada lagi harapan, tapi jauh di dalam hati kau tahu kau tak boleh dan tak bisa menyerah karena sekarang kau sudah berada di tengah, yang harus kau lakukan adalah tutup matamu, ambil nafas sedalam mungkin, buang setenang mungkin dan jangan abaikan suara halus yang terdengar seperti suaramu, dengarkan dan jalani apa katanya walau sepertinya tak mungkin bahkan kadang tak masuk akal. Langkahkan arahmu walau ragu terus membuntuti bagai seekor anjing hitam buduk yang setia. Di saat kau tersandung atau terperosok ke dalam lubang, bangun! Langkahkan lagi kaki yang penuh luka dan nyeri yang merong-rong. Cairkan kembali keberanian yang sempat beku dalam dinginnya sepi. Jangan biarkan impianmu jadi sekedar mimpi. Berjalanlah terus walau mata buta, karena hati pasti tahu kalau di sana, di depan sana, sebuah jalan keluar menunggu untuk ditemukan, kalau kau percaya.