Sunday, July 28, 2013

Langit Oranye

-->
Langit sore bersemburat oranye
Seakan matahari telah leleh ke latarnya
Ada seuntai awan melengkungkan senyum
Sepasang burung terbang membentuk kaca mata
Membingkai dua sorot cahaya begitu hangat
Yang anehnya membawaku melayat ke sebuah harapan yang kini dingin dan pucat

biru

-->
"Aku tak mengerti," katanya tiba-tiba memecah sepi, "kenapa biru itu sendu? Kenapa sajak-sajak sering menghubungkannya dengan sesuatu yang risau? Padahal bagiku, biru berarti kebebasan."
Aku merasa bodoh karena tak bisa menjawab. Dan dia berhenti bertanya. Kami membatu, menyatu dengan tanah dan rerumputan di taman rumah sakit ini, sambil memerhatikan orang-orang sibuk berlalu lalang; dokter, suster, dan pasien di kursi roda bersama pembesuknya (keduanya tampak lelah).
Aku menatapnya. Wajah yang dulu pernah kukenal begitu riang, kini redup sinarnya digerogoti sel-sel ganas yang tumbuh lepas kendali di rahimnya. 
Lalu, seperti ada yang memanggil dari langit, dia menengadah dan bibir tipisnya perlahan melengkungkan sebuah senyum yang lemah. Langit biru tampak megah dan magis seperti syair indah yang tak berujung. Kami terhipnotis. Padanya, sepasang burung sedang asyik berkejaran. Begitu lekas, begitu bebas.
Kami pun melayang bersama mimpi masing-masing. Dalam diam.