Monday, July 30, 2007

Siapa Jual Jantung Super?

Untung dulu gua sering olah raga, setiap hari, dari pagi sampe malem, kalau gak, mungkin jantung gua udah copot akibat gak kuat nahan resah yang makin hari makin berat menggelayut. Sepertinya rasa itu loncat dari satu masalah ke masalah yang lain. Atau emang hidup gua aja yang banyak masalah, atau... guanya aja tukang cari-cari masalah. Haizzzz...

Ada yang jual jantung lebih gak? Yang lebih besar dan lebih tahan tekanan. Lebih bagus lagi kalau ada yang anti sakit. Jantung Super! Gua beli dah... tapi jangan mahal-mahal ya.

Seandainya bisa dilihat, mungkin jantung gua udah jelek bentuk nya, banyak kerutan seperti jidat orang yang kebanyakan mikir, bolong-bolong seperti saringan, dan warnanya merah tua seperti daging sapi yang lupa dimasukin kulkas.

Harus apa untuk menghentikan resah yang sering bikin dada sesak, perut mules, kepala muter-muter seperti abis kejedot lemari.

Hm... sebetulnya sih banyak yang bisa gua lakukan, tapi hanya ada satu yang gua percaya manjur untuk menawarkan resah itu, yaitu merubah untuk Berubah. Merubah sifat gua yang takut gagal dan sakit hati, berani menghadapi kenyataan supaya gua bisa berubah, bukan jadi orang lain... tetap jadi diri gua apa adanya, bedanya bisa lebih Happy dengan diri gua apa adanya.

Tuesday, July 17, 2007

Hati Untuk Dirobek


Ada jujur di matamu
Yang Mengartikan bahasa rahasia
Tentang getar yang terus kau sangkal
Lama kau pendam
Hanya muncul
Pada sesama yang memendam
Dari hatimu ke hatinya

Langsung ke hatiku
Untuk Merobek rasa
Yang telahku rajut hati-hati

Lalu
Ku ambil sedikit harapan
Dari hati
Untuk menambal Perih yang mengigil
Untuk Menutup nanah yang meleleh
Agar nanti
ketika matamu lagi mengartikan jujur
Aku masih punya
Hati untuk dirobek

Sunday, July 15, 2007

Jujur

Anda bisa miliki waktu, izinkan aku miliki selamanya
Meski hati terus tersayat cemburu
Walau ego harus berkorban
Karena Aku butuh dia dan hatinya
Agar terus kuat lalui hari
Yang tak selalu memberi hati
Yang sering menderma sepi
bahkan caci maki
Sampai kadang aku merasa mati
Dalam perahu yang tak kenal tepi

Andai bisa aku berkata jujur
Betapa punya arti
Sesosok manusia yang terpatri
Di ruang hati
Tempat ketidaksempurnaan ku
Bertemu kelembutannya
Dan
Ketidaksempurnaannya
Menyemangati ku
Untuk lebih mencinta

Andai bisa ku sembunyi
Dari resah rasa pilu
Akan dia menjadi bagian
Dari Sebuah kisah lain
Masa lalu di masa depan

Dalam tulisan ini aku mencoba jujur
Akan apa yang menggeliat di dada
Yang merasa pintar bercinta
Tapi
Tak sadar aku bodohi aku

Sekarang aku tahu sudah
Bodohnya aku
Untuk itu, putri
Biarkan aku jadi jujur
Kalau aku ini pecundang cinta
Tapi
Bahkan seorang pandir pun
Bisa berubah

Tuesday, July 3, 2007

Gatel Aja...

Langit berubah sendu, lelah setelah hampir seharian berbinar. Burung-burung terbang berkelompok kembali ke sarang setelah puas menjelajah langit. Pohon-pohon diam tak bergeming, seakan ada pelukis yang kelupaan kanvasnya setelah seharian melukis. Badai keceriaan tawa dan teriak anak-anak yang asyik bermain pun, juga telah reda. Dari kejauhan terdengar sayu suara ketokan abang somay, mau pulang mungkin, atau sudah lelah nangkring.

Selama aku kelamaan menulis tulisan ini, langit sudah berubah hitam. Sekarang semua yang di luar benar-benar sudah membisu. Burung-burung mungkin sudah sampai ke sarang, dan sedang menyiapkan santapan malam. Sebagian teman-teman seperjuangan ku sudah bersiap untuk balik kandang, sebagian belum bisa pergi dari depan komputernya akibat terjebak deadline. Bahkan salah satunya ditunggui klien, tepat di sebelah.

Sedangkan aku, sedang keranjingan menulis blog, jadi hasrat untuk pulang harus mengantri. Tak ada maksud khusus dalam tulisan ini, selain... yaa.... hati yang gatel mengusik sukma, membudaki jari untuk terus mengetik merangkai kata.

Tak akan pernah puas , tapi untuk sekarang rasanya harus berhenti kalau tidak mau jadi penunggu di kantor yang katanya sudah ada penunggunya. ok... bye then... see ya... Haizz! Stop writing will u! hahaha... ok2... Akh..!!!