Tuesday, July 29, 2008

Matanya

Matanya seindah puisi

Dari masa lalu

Yang tetap menggetarkan

Dan meletupkan hasrat di dada

Tak lesu dimakan waktu

Aura matanya adalah untaian kata-kata

Yang dicari semati sang pujangga

Hidup, menari-nari di dalam kalbu

Hangat, memeluk kalbu

Bergelora, membakar kalbu

Lirikannya adalah rima

Tak senada

Liar bermain

Sesuai naluri

Melengkahi aturan

Ketidak harmonisan

Yang melahirkan keindahan

Layaknya lukisan abstrak

Atau tarian kontemporer

Berekspresi tapi tak selalu dimengerti

Sunday, July 13, 2008

Siapa aku?

Aku bukan diriku

Diriku bukan aku

Aku diriku bukan?

Bukan aku diriku

Diriku aku bukan?

Bukan. Diriku aku

When vanity consume

Pernah gak elo merasa keciiiil banget? Seakan-akan lo itu hanya seper-nano-nya volume dunia ini. Elo merasa sepeti orang gagal. Sepetinya semua yang lo perjuangin selama ini, percuma. Semua yang udah lo miliki mulai terpeleset dari genggaman sedikit demi sedikit. Semua hal yang lo pikir milik elo mulai menemukan kenyataanya. Lo merasa menjadi orang yang paling tolol sedunia. Jangankan hal besar, semua hal kecil yang lo lakuin berakhir menjadi masalah besar dan lebih parahnya lagi, memalukan. Tapi bukan berarti lo diem aja, lo berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kesalahan, tapi bukannya jadi benar, malah menciptakan salah yang baru. Otak berusaha berputar mencari jawaban dari keresahan ini, tapi pikiran menjadi kenyal dan lambat seperti seekor siput yang berusaha berlari selincah tupai. Lo ngerasa harapan sudah memalingkan wajahnya, menyimpan senyumnya, juga rindunya, cintanya, ketulusannya semua-muanya yang selama ini kau rasa akan kau miliki selamanya. Dan ketika malam menjadi sunyi, lo akan duduk sendiri di dalam kamar, di depan laptop, mendengarkan lagu-lagu cengeng tahun 90-an, sambil menuliskan ratapan tentang nasib yang begitu buruk. Lalu timbul gejala-gejala lain seperti kepala sakit, pandangan kabur, punggung berat, dan perut kembung (yang ini mah karena masuk angin kaleee). Di saat itu lo akan merasa sendirian, benar-benar hampa dan gak tahu harus melangkah kemana lagi, seperti seorang jendral yang terjebak di bentengnya sendiri, tanpa anak buah untuk membela, tanpa senjata untuk bertahan, punya kuda tapi tanpa pelarian untuk dituju, dan tanpa keberanian untuk menghadapi musuh terberat, diri sendiri.

Kalau lo sering merasa seperti ini, berarti lo orangnya sombong banget. belagu, seakan-akan hanya diri lo yang penting, yang ada di dunia ini ya cuma elo dan semua masalah-masalah lo. Yang bisa lo lakuin hanya mengatasnamakan kegagalan sebagai pembenaran sikap mengasihani diri.

PS: Suara sumbang hati yang sedang menjadi sombong.

Wednesday, July 2, 2008

negatif atau positif?

Sebagai orang iklan, emang udah kodratnya, kewajibannya untuk membantu klien meningkatkan sales atau image. Jualan kata kasarnya. tapi apakah dengan tanggung jawab itu, kita yang katanya kuli berintegritas, orang-orang creative yang harga dirinya setinggi langit, boleh melakukan berbagai cara untuk menjalankan tugasnya?

Baru-baru ini (baru 5 menit yang lalu) gua dari meja temen gua. ceritanya kita mau buat brosur untuk salah satu produk dari sebuah perusahaan asuransi. Produknya asuransi pendidikan yang bertujuan mulia yaitu membantu para orang tua muda khususnya, untuk mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak mereka nanti. bangga juga nih karena secara gak langsung alias jauuuuh banget, gua udah membantu mengentaskan kebodohan. Ibaratnya silsilah keluarga ada anak, ayah & ibu, kakek-nenek, buyut-cicit, nah gua tuh buyut-cicitnya. :)

Kembali ke jalur... Nah! Temen gua ini, yang baru saja kusinggahi mejanya, punya 5 usulan visual. Dari salah satu usulannya ada yang mengambil sisi negatif. Seakan-akan menakut-nakuti gt. kalau katanya dia sih biar audiencenya dikasih liat kenyataan yang ada. Misalnya mereka sedang merasa berat kalau mau sekolahin anaknya, tyerus ("y"-nya kepencet, tapi biarlah, biar gaul gt looooh) mereka liat brosur yang kita bikin dan... seakan-akan langsung ada yang berbisik ditelinga mereka,

"Hayo loooh... buat makan aja susah apalagi sekolahin anak. mati lo!" eh, tapi tunggu dulu, gua bisa bantu elo asal elo mau pake produk gua. Hihihi (ketawa licik)."

gimana? sounds like a devil over, isn't it?

Lalu teman gua yang mejanya baru saja gua kunjungi, menegaskan, "Ini bisnis man... semua sah-sah aja untuk dilakuin. yang penting bisa jualan."

Salah? gak juga... benar? juga gak juga. karena benar atau salah itu bukan hitam atau putih.

Tulisan ini bukan gua buat untuk menilai hasil, tapi alasan kenapa.

Alasan kenapa, jadi begitu penting karena kalau memang raja bagi orang-orang iklan bukan lah sang klien tapi konsumennya, masa sih kita tega nakut-nakutin raja kita sendiri? ya untung... kalau konsumen bisa menangkap pendekatan negatif kita sebagai dorongan yang positif (dan harusnya seperti itu), kalau enggak, bisa-bisa mereka jadi tambah depresi. bunuh diri lagi. hehehe

yaaaa kesimpulannya sih... hm... apa ya.... hm... ya... semua orang punya alasannya sendiri-sendiri". Mungkin aja teman gua yang mejanya baru aja gua kunjungi itu ternyata punya alasan lain selain dari yang dia udah utarakan.

Gua sih hanya mengeluarkan apa yang penat mengganggu.

begitulah tulisan ini dibuat untuk melegahkan sesak di dada yang tidak berbulu dan tidak terlalu berotot tapi tetap seksi dan kenyal bila disentuh.

sekian, selamat malam, semoga berkenaan, tidak menyinggung perasaan, sekian sekali lagi dan terima kasih sebanyak-banyaknya dari dasar lubuk hati yang paling dalam. Semoga semua diberi karunia dan kebahagiaan yang berlimpah.
Amien... Ujo, Budi, Ahmad, Supardjo.

(AKHHHH! masih ada kerjaan lagi!)