Monday, November 26, 2007

Suatu Senja Di Suatu Hari

Sesaat setelah langit tak lagi terik, rona kemerahan matahari terbenam mewarnai birunya. Angin bersemilir ramah bermain-main dengan pepohonan menggoda bunga-bunga kuning kecil yang tumbuh pada pucuknya. Suara berdecit sepatu seorang anak kecil yang sedang lewat menuju ke taman terdengar nyaring dan sebentar lagi sepasukan anak-anak akan berkeliaran di jalan dengan sepeda atau berlari-larian. Menebar canda dan tawa kadang ngakak yang terasa begitu ringan dan bebas. Sekelompok anak laki-laki dengan kaki telanjang bermain sepak bola menggunakan bola plastik di atas lapangan bulu tangkis. Beberapa orang menonton dari bangku taman dengan seru seakan menyaksikan pertandingan dua klub papan atas di liga terkenal dunia.

Tukang bakso, bakwan, dan somay langganan pun mulai berkeliaran, memukul ketokannya sedikit lebih nyaring ketika lewat tepat di depan kantor berbentuk rumah warna putih ini, berharap penghuninya tergoda untuk semangkok atau sepiring kenikmatan.

Ada sesuatu dengan senja yang selalu menebar romantisme setiap kali aku ada di dalamnya. Entah warnanya yang kemerahan, atau suara anak-anak bermain, atau ketokan si abang somay yang bersliweran. Pokoknya hati jadi damai walau banyak kerjaan menumpuk dan gaji belum dibayar. Sebuah keyakinan muncul seiring dengan terbitnya malam, sebuah keyakinan yang mengatakan kalau semuanya pasti punya jalannya masing-masing. Layaknya senja yang hadir untuk mengantarkan malam ke singasananya.

No comments: