Kadang hidup itu baru benar-benar mulai ketika kecewa menorehkan perih di wajah hati. Bukannya menjadikan dendam sebagai pijakan, tapi perasaan merelakan seakan membuka ruang bagi rasa-rasa lain yang tadinya terhimpit di sudut hati, untuk tumbuh dan bergerak bebas mengobati perih. Seperti antiseptic yang mengeringkan borok yang basah oleh darah. Pelan-pelan tapi pasti sembuh. Kemampuan menahan sakit yang menguji kokohnya tekad untuk terus maju dalam gelap yang pengab dan keberanian untuk percaya kalau segala pengorbanan akan mengantarkan kita pada satu moment yang akan mengubah seluruh hidup kita selamanya selama kita mampu berdiri tegak walau badai keras menerpa.
No comments:
Post a Comment