Friday, February 13, 2009

Serendipity

Apa betul hidup hanya terbentuk dari satu ketidaksengajaan ke ketidaksengajaan lainnya? kalau begitu buat apa kita mati-matian berusaha? buat apa juga pusing-pusing kita merencanakan hidup, kalau ke mana kita mau menuju sampainya ke sana nasib membawa kita?

They said life is like a river, just go with the flow.

Tapi gimana kalau arus membawa kita ke telaga penuh limbah? Apakah kita tetap akan menunggu ketidaksengajaan menyelamatkan kita?

Ketidaksengajaan adalah nasib. Nasib adalah cocoknya sedangkan hidup adalah hidung kerbau. begitulah kira-kira menurut gua.

Andai hidup bisa begitu mudah, mengandalkan hanya nasib sebagai lintang arah hidup. kalau suatu saat kita tersesat atau jatuh ke jurang lantas siapa yang salah? ya nasib dooonk... kan ia yang menuntun jalan. Kalau kita miskin siapa yang salah? ya nasib lah, kan ia yang melahirkan kita dalam kemelaratan. Kalau kita gagal, siapa lagi yang salah? Nasib gila! kenapa juga ia tidak mau membuat kita lebih pandai?

Seakan-akan kalau nasib sudah bicara maka tak ada yang boleh menyanggah, semua harus menerima dengan gagah. Padahal kita bisa berubah tapi lebih memilih menyerah, pasrah.

Bagi gua, mereka yang tinggal di pinggir jalan, punya pilihan. Mereka yang kesepian tanpa teman, punya pilihan. Mereka yang lelah dengan kegagalan, juga punya pilihan.

tapi sayangnya sebagian orang, memilih untuk tidak memilih atau memilih menunggu ketidaksengajaan datang menghampiri dengan senyumnya yang paling hangat dan genggamannya yang paling bersahabat untuk menjelaskan apa tujuan hidup kita.

Padahal ketidaksengajaan hanya hadir ketika kita tidak mengharapkannya. Ketika hidup tahu kalau kita sudah berusaha setengah mati, tapi tak jua menemukan langit cerah.

Ketidaksengajaan juga tak selalu membuka jalan lurus ke depan seperti yang kita harapkan, kadang ia sedikit berbelok, menyibak jalan lain sebelum mengantarkan kita sampai ke depan. Namun itu juga tak selalu tepat di depan, kadang denpan geser kanan dikit, kadang depan miring utara, kadang depan selatan. Tapi ia juga bisa membawa kita ke jalan berputar dan meninggalkan kita terus melingkar-lingkar di dalam sana.

Ketidaksengajaan berada di sekeliling kita? Tapi bukan ia yang akan menemukan kita, tapi kita yang harus mencarinya. Bagaimana? Pertama, dan yang tersulit adalah percaya nasib bukanlah baja, tapi batu besar dan sangat keras yang bisa dipahat menjadi berbagai bentuk sesuai keinginan hati kita.

No comments: