Wednesday, February 18, 2009

Ramalan bijak yang menjitak

Malam tadi, di sebuah kafe Buddha di Jakarta, aku melihat sebuah fish bowl yang tiga minggu lalu masih terisi penuh oleh ramalan bijak dalam gulungan kecil warna-warni yang disematkan di dalam potongan sedotan. Tapi sekarang isinya tinggal seperempat. Apakah begitu banyak orang bingung dan kehilangan arah, lalu berharap tulisan bijak di dalam gulungan-gulungan kertas kecil mirip permen warna-warni itu bisa memberikan jawaban?

Aku mengambil satu lagi tadi malam dan memilih yang biru. Karena biru adalah warna hatiku. Namun gulungan itu tak kubuka sampai beberapa menit lalu, sebelum aku memulai tulisan ini. Kubuka perlahan gulungannya, dari kiri ke kanan, sedikit-sedikit kata-kata di dalamnya mulai muncul, dan berkata;

“Cinta kasih yang sejati adalah menjaga kondisi batin sebaik-baiknya.”

Hanya satu yang kupercaya dalam hidup, yaitu keyakinanku. Tidak pernah ramalan bintang, kartu tarot, apalagi sebuah gulungan kertas kecil berisi kata-kata bijak dari sebuah Fish bowl.

Tapi aku percaya, keyakinanku selalu berusaha berbicara kepadaku melalui semua yang ada di sekitarku, termasuk gulungan kertas biru itu.

Karena beberapa hari belakangan ini aku memang sedang menyiksa batin dengan takut yang pekat. Mungkin aku harus berhenti menyiksa diri. Belajar menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya,

sebelum aku jadi sinting.

Aku tidak pernah bermaksud mencari jawaban dengan gampang. Namun lewat segulung kertas kecil berwarna biru, dengan kalimat yang terkesan omong kosong bila dibaca orang seperti aku, pertanyaan yang selama ini aku cari terjawab. Atau sebenarnya aku memang sudah mengetahui jawaban dari keresahanku, hanya saja butuh sebuah gulungan kertas biru berisi kata-kata bijak - nyaris omong kosong, untuk mengingatkan.

Because once in the while people do get lost.

No comments: