Wednesday, June 27, 2007

Sumber Devisa Baru, TILANG!


Percaya gak, kalau Negeri kita ini bisa mendapatkan tambahan devisa yang lumayan banyak dari tilang di Jakarta. Coba Bayangkan, dalam satu lampu merah aja, bisa ada sekitar 30 motor yang melanggar lampu merah. kalau satu motor aja kena denda Rp.50.000 berarti dalam satu lampu merah yang lamanya, yaaa bilang aja satu menit, berarti 30 x 50rb = 1500.000 rupiah /menit! kalau satu hari, satu minggu, bulan, tahun... Cihui! kaya raya Jack! Dan ada berapa jumlah lampu merah di Jakarta. Ditambah lagi pelanggaran-pelanggaran lain seperti, gak punya sim, Spion gak lengkap, gak pake helm, dan lain-lain.

Memang, sumber devisa ini termasuk yang sementara, karena siapa juga yang cukup bodoh mau ditilang terus-terusan. Tapi hal itu berarti akan berkurangnya angka kecelakaan dan menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih tertib dan teratur. Kalau udah jadi seperti itu siapa juga yang bakal menikmati?

Selain itu, harus juga dipikirkan sistem yang tepat supaya uang tilang yang terkumpul tidak masuk kantong para polisi-polisi korup. Wah yang ntu sih agak susah, tapi gua yakin bisa kalau mau usaha.

Tapi kenapa ya, hal seperti ini terpikirkan oleh seorang copywriter yang Drop Out-an sekolah ekonomi, bukan para petinggi lulusan sekolah Ekonomi ternama luar dan dalam negeri? Mungkin... karena mereka gak pernah terlalu merasakan keruwetan lalu lintas Jakarta, gak pernah hampir nabrak motor yang dengan cueknya nyelonong lampu merah. Wong kemana-mana dikawal kok, pake polisi bermotor gede dan mobil-mobil hitam misterius yang isinya para bodyguard. Setiap kali dia mau lewat satu lampu merah, maka lampu merah lain yang ada di sekitarnya langsung di blokir oleh Pak polisi bertampang gahar! Grrr! "B'rani lewat, gue gigit loe!" Guk...guk...!

Ya... sebetulnya tulisan ini cuma opini yang lahir dari kekesalan gua pada keadaan lalu lintas di Jakarta, jadi mungkin aja agak naif dan subjektif. Jujurnya lagi, letak kekesalan gua bukan hanya pada lalu lintas Jakarta, tapi juga pada orang-orang yang merasa pesimis akan keadaan Indonesia, "gak akan bisa lebih baik, kenapa kita harus taat kalau yang lain melanggar?" Gak punya prinsip! Banci! Sebetulnya gua cuma merasa kalau keadaan di Negeri tercinta ini bisa menjadi lebih baik dari sekarang. Di tengah-tengah awan gelap ketidakyakinan banyak orang, kita jangan malah terhisap ke dalamnya, ambil senter kek, petromak kek, lampu tempel kek, yang bisa menerangi keyakinan kita, kalau semua pasti bisa kalau kita mau usaha. Kalau gak mau, jangan ngaku-ngaku orang Indonesia, pergi sana ke tempat lain. Hush... Hush... ;p

No comments: