Wednesday, June 27, 2007
Sumber Devisa Baru, TILANG!
Percaya gak, kalau Negeri kita ini bisa mendapatkan tambahan devisa yang lumayan banyak dari tilang di Jakarta. Coba Bayangkan, dalam satu lampu merah aja, bisa ada sekitar 30 motor yang melanggar lampu merah. kalau satu motor aja kena denda Rp.50.000 berarti dalam satu lampu merah yang lamanya, yaaa bilang aja satu menit, berarti 30 x 50rb = 1500.000 rupiah /menit! kalau satu hari, satu minggu, bulan, tahun... Cihui! kaya raya Jack! Dan ada berapa jumlah lampu merah di Jakarta. Ditambah lagi pelanggaran-pelanggaran lain seperti, gak punya sim, Spion gak lengkap, gak pake helm, dan lain-lain.
Memang, sumber devisa ini termasuk yang sementara, karena siapa juga yang cukup bodoh mau ditilang terus-terusan. Tapi hal itu berarti akan berkurangnya angka kecelakaan dan menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih tertib dan teratur. Kalau udah jadi seperti itu siapa juga yang bakal menikmati?
Selain itu, harus juga dipikirkan sistem yang tepat supaya uang tilang yang terkumpul tidak masuk kantong para polisi-polisi korup. Wah yang ntu sih agak susah, tapi gua yakin bisa kalau mau usaha.
Tapi kenapa ya, hal seperti ini terpikirkan oleh seorang copywriter yang Drop Out-an sekolah ekonomi, bukan para petinggi lulusan sekolah Ekonomi ternama luar dan dalam negeri? Mungkin... karena mereka gak pernah terlalu merasakan keruwetan lalu lintas Jakarta, gak pernah hampir nabrak motor yang dengan cueknya nyelonong lampu merah. Wong kemana-mana dikawal kok, pake polisi bermotor gede dan mobil-mobil hitam misterius yang isinya para bodyguard. Setiap kali dia mau lewat satu lampu merah, maka lampu merah lain yang ada di sekitarnya langsung di blokir oleh Pak polisi bertampang gahar! Grrr! "B'rani lewat, gue gigit loe!" Guk...guk...!
Ya... sebetulnya tulisan ini cuma opini yang lahir dari kekesalan gua pada keadaan lalu lintas di Jakarta, jadi mungkin aja agak naif dan subjektif. Jujurnya lagi, letak kekesalan gua bukan hanya pada lalu lintas Jakarta, tapi juga pada orang-orang yang merasa pesimis akan keadaan Indonesia, "gak akan bisa lebih baik, kenapa kita harus taat kalau yang lain melanggar?" Gak punya prinsip! Banci! Sebetulnya gua cuma merasa kalau keadaan di Negeri tercinta ini bisa menjadi lebih baik dari sekarang. Di tengah-tengah awan gelap ketidakyakinan banyak orang, kita jangan malah terhisap ke dalamnya, ambil senter kek, petromak kek, lampu tempel kek, yang bisa menerangi keyakinan kita, kalau semua pasti bisa kalau kita mau usaha. Kalau gak mau, jangan ngaku-ngaku orang Indonesia, pergi sana ke tempat lain. Hush... Hush... ;p
Tuesday, June 26, 2007
Nostalgia Gelap
Pernah gak mengingat kembali satu persatu masa-masa gelap yang pernah menjadi momok diri? Lalu apa rasanya? Pernah gak naik kelas 2 kali waktu masih berseragam merah putih. Kelas tiga dan kelas lima! Melihat raport yang kebakaran dengan merahnya angka empat dan lima, dan melihat tepat di sebelah kanan bawah tulisan "Naik Ke kelas ..." di coret. waktu itu rasanya langsung empty... Sampe rumah bilang ke nyokap, terus nangis deh. Waktu itu nyokap, dengan penuh pengertian dan kasih sayang bilang, "ya udah gak apa-apa". rasanya seperti nyemplung ke kolam air hangat, tenang... Tapi gua gak sadar kalau kejadian gak naik kelas itu akan menghantui gua seumur hidup, sampe sekarang. setelah gua sadar betapa memalukannya kejadian itu, walau banyak yang bilang itu biasa (tapi gak sampai 2x dunk ah...), tetep aja gua minder kalau udah mulai ngomongin masa-masa SD. bila ada pembicaraan yang mulai menjurus ke sana, langsung dengan sigap gua belokin ke arah lain, gosip kek, makanan kek, rencana jalan-jalan kek, atau apalah yang bisa membawa gua jauh dari pembicaraan gak penting (buat gua) itu.
Belum lagi reda malu akan kejadian itu, gua sudah harus berhadapan dengan masalah lain yang sama. Sama-sama berhubungan dengan pendidikan, gak ada hubungannya dengan tinggal kelas tapi lebih parah lagi, DFO - Drop Fucking Out dari kampus. huaaa! yang ini bukan sekedar malu, tapi rasa bersalah karena mengecewakan ke dua orang tua membuat gua merasa semakin gelap.
Untungnya semua itu cepat berlalu, demi memuaskan hasrat belajar yang menggebu-gebu di dalam dada, gua berusaha untuk mencari tempat kuliah baru. dan akhirnya gua dapat! dan itu gratis pula, dapat beasiswa 100% dari sekolah Advertising baru. lumayan lah walau cuma setahun, tapi benar-benar membuka jalan hidup gua.
Setelah lulus, gua mendapatkan pekerjaan dari kenalan di vihara. advertising baru, baru coba-coba. Karena judulnya coba-coba, dan pengarangnya gak tau apa-apa soal advertising, jadilah pekerjaan yang tidak jelas. dalam ruangan kecil warna orange, berdua sama seorang designer gua melalui 3 bulan terjenuh dalam hidup. Dasar emang udah gak betah, ada aja kejadiaannya. pada suatu jumat di suatu minggu yang sudah lama berlalu, tiba-tiba bos gua datang dan mengatakan kalau gua di PHK. Gabruk! rasanya semua hal yang ada di dada gua langsung jatuh bawah, masuk ke perut. Pantas aja tiba-tiba dada gua terasa kosong dan perut gua mulas kepenuhan. Aneh, padahal gua gak suka kerja di sana, tapi ya kok merasa kecewa, patah hati. bermodalkan pesangon satu minggu gaji, gua pulang dan tak akan kembali.
Baru-baru ini umur gua mencapai seperempat abad. Suer gak terasa! dan semua kejadian di atas adalah rangkuman masa-masa gelap yang menjelma guru untuk menghentak dan mengingatkan kalau hidup itu keras dan gua harus bisa berusaha lebih keras supaya bisa bertahan.
Sepenuhnya sadar, kalau semua kejadian itu baru merupakan awal, dan akan masih banyak lagi batu menyandung, taik terinjak, dan lubang kejeblos, tapi di belakang semua itu, gua juga yakin akan ada tukang es cendol yang sueeegeer, abang bakso yang ueeenaak, dan ngko mie bangka yang sueedaap. ;p
Belum lagi reda malu akan kejadian itu, gua sudah harus berhadapan dengan masalah lain yang sama. Sama-sama berhubungan dengan pendidikan, gak ada hubungannya dengan tinggal kelas tapi lebih parah lagi, DFO - Drop Fucking Out dari kampus. huaaa! yang ini bukan sekedar malu, tapi rasa bersalah karena mengecewakan ke dua orang tua membuat gua merasa semakin gelap.
Untungnya semua itu cepat berlalu, demi memuaskan hasrat belajar yang menggebu-gebu di dalam dada, gua berusaha untuk mencari tempat kuliah baru. dan akhirnya gua dapat! dan itu gratis pula, dapat beasiswa 100% dari sekolah Advertising baru. lumayan lah walau cuma setahun, tapi benar-benar membuka jalan hidup gua.
Setelah lulus, gua mendapatkan pekerjaan dari kenalan di vihara. advertising baru, baru coba-coba. Karena judulnya coba-coba, dan pengarangnya gak tau apa-apa soal advertising, jadilah pekerjaan yang tidak jelas. dalam ruangan kecil warna orange, berdua sama seorang designer gua melalui 3 bulan terjenuh dalam hidup. Dasar emang udah gak betah, ada aja kejadiaannya. pada suatu jumat di suatu minggu yang sudah lama berlalu, tiba-tiba bos gua datang dan mengatakan kalau gua di PHK. Gabruk! rasanya semua hal yang ada di dada gua langsung jatuh bawah, masuk ke perut. Pantas aja tiba-tiba dada gua terasa kosong dan perut gua mulas kepenuhan. Aneh, padahal gua gak suka kerja di sana, tapi ya kok merasa kecewa, patah hati. bermodalkan pesangon satu minggu gaji, gua pulang dan tak akan kembali.
Baru-baru ini umur gua mencapai seperempat abad. Suer gak terasa! dan semua kejadian di atas adalah rangkuman masa-masa gelap yang menjelma guru untuk menghentak dan mengingatkan kalau hidup itu keras dan gua harus bisa berusaha lebih keras supaya bisa bertahan.
Sepenuhnya sadar, kalau semua kejadian itu baru merupakan awal, dan akan masih banyak lagi batu menyandung, taik terinjak, dan lubang kejeblos, tapi di belakang semua itu, gua juga yakin akan ada tukang es cendol yang sueeegeer, abang bakso yang ueeenaak, dan ngko mie bangka yang sueedaap. ;p
Monday, June 25, 2007
Moments In Our Life
There are moments in our lives when we find ourselves at a crossroad. Afraid. Confused. Without a roadmap. The choices we make in those moment can define the rest of our days. Of course when faced with the unknown, most of us prefer to turn around and go back. But once in a while people push on to something better. Something found just beyond the pain of going it alone. And just beyond the bravery and courage it takes to let someone in. Or to give someone a second chance. Something beyond the quiet persistence of a dream. Because it’s only when you’re tested that you truly discover who you are. And it’s only when you’re tested that you discover who you can be. The person you want to be does exist. Somewhere on the other side of hard work and faith and belief.. and beyond the heartache and fear of what lies ahead…
Ini kutipan dari film One Tree Hill, gak tau season berapa, tapi begitu gua baca, rasanya nonjok banget...
Life is full of chances. Do you dare?
Sunday, June 24, 2007
1/4 Abad Sudah!
Gila! benar-benar gak terasa, Seperempat abad sudah gua hidup. rasanya baru minggu lalu gua merengek minta di beliin mainan ninja turtle, baru 5 hari yang lalu gua duduk di KFC kelapa gading sambil ngebahas gimana temen gua ampir ketangkep beli soal ujian akhir SMP, baru kemarin lusa gua dan temen2 SMA, ketangkep lagi nongkrong di bawah pas pelajaran fisika, dan baru keamarin rasanya gua bilang ke "bonyok" kalau gua mau pindah kuliah (setelah banyak biaya yang dikeluarkan dan harapan yang digantungkan).
kalau dulu maen basket dan bola satu harian stamina gak ada matinya, sekarang baru 10-15 menit, stamina udah keok, kepala pusing, kaki getar-getar, dan bawaannya pengen nempel aja sama lantai.
Sekarang gua bukan lagi generasi muda yang risih setiap kali dipanggil ABG, tapi gua udah menjadi Profesional muda yang seneng banget ngaku-ngaku ABG. Yang dipikirin gak lagi kebanyakan masalah pacaran, atau gimana mengakali orang tua untuk bisa nginap di rumah teman dan sebagainya... dan sebagainya... Hari-hari penuh main-main dan tidur siang sudah lewat. Mulai khawatir kalau pulang kemaleman, karena besok harus bangun pagi dan siap menelurkan ide-ide creative yang segar di kantor. Dan perbedaan yang paling mencuat adalah perut yang makin hari makin doer alias buncit.
Baru aja teman SMP gua nelpon tiba-tiba, dan tiba-tiba bilang kalau dia mau kasih undangan. Udah mau merit? ya ampiun... kayaknya baru kemarin kita nyontek dan cabut sekolah bareng-bareng. Terus meritnya sama temen SMP juga. walaaahhh.. cinta ternyata gak kemana-mana ya. Never knew that love is sitting right next to you for all this time. hahahaha...
Perayaan ultah ke-25 kali ini hampir saja menjadi tak berarti kalau saja gua gak menulis di blog ini, hari ini. Sepenuhnya sadar kalau umur bertambah, tapi gak benar-benar dipikirkan apa yang sudah gua hasilkan hari kemarin dan apa yang akan gua perbuat besok. Sempet ngeheng beberapa saat di paragraf ini, karena gak tau apa yang mau gua tulis, apa tekad yang harus gua tanam dalam-dalam, perubahan apa yang perlu berubah secepatnya. fiuh...
Dimulai dengan mencari kesalahan-kesalahan hari kemarin untuk diperas sarinya hingga menjadi penawar demi mengobati borok-borok yang nempel di sifat gua. Meyakinkan diri kalau memang menulis lah jalan ter-happy untuk berkarya sampai tua dan mati, kalau bisa sampai kehidupan-kehidupan yang akan datang. Belajar lebih tulus sayang sama orang, gak sempit pikirannya, kalau berani mencintai harus berani sakit hati, percaya kalau cinta itu gak kemana. percaya kalau jalan gua masih panjang dan masih banyak misteri hidup yang belum gua pecahin, terakhir percaya kalau gua bisa jadi orang yang berguna buat orang lain.
Percaya, berusaha, dan mencintai...
kalau dulu maen basket dan bola satu harian stamina gak ada matinya, sekarang baru 10-15 menit, stamina udah keok, kepala pusing, kaki getar-getar, dan bawaannya pengen nempel aja sama lantai.
Sekarang gua bukan lagi generasi muda yang risih setiap kali dipanggil ABG, tapi gua udah menjadi Profesional muda yang seneng banget ngaku-ngaku ABG. Yang dipikirin gak lagi kebanyakan masalah pacaran, atau gimana mengakali orang tua untuk bisa nginap di rumah teman dan sebagainya... dan sebagainya... Hari-hari penuh main-main dan tidur siang sudah lewat. Mulai khawatir kalau pulang kemaleman, karena besok harus bangun pagi dan siap menelurkan ide-ide creative yang segar di kantor. Dan perbedaan yang paling mencuat adalah perut yang makin hari makin doer alias buncit.
Baru aja teman SMP gua nelpon tiba-tiba, dan tiba-tiba bilang kalau dia mau kasih undangan. Udah mau merit? ya ampiun... kayaknya baru kemarin kita nyontek dan cabut sekolah bareng-bareng. Terus meritnya sama temen SMP juga. walaaahhh.. cinta ternyata gak kemana-mana ya. Never knew that love is sitting right next to you for all this time. hahahaha...
Perayaan ultah ke-25 kali ini hampir saja menjadi tak berarti kalau saja gua gak menulis di blog ini, hari ini. Sepenuhnya sadar kalau umur bertambah, tapi gak benar-benar dipikirkan apa yang sudah gua hasilkan hari kemarin dan apa yang akan gua perbuat besok. Sempet ngeheng beberapa saat di paragraf ini, karena gak tau apa yang mau gua tulis, apa tekad yang harus gua tanam dalam-dalam, perubahan apa yang perlu berubah secepatnya. fiuh...
Dimulai dengan mencari kesalahan-kesalahan hari kemarin untuk diperas sarinya hingga menjadi penawar demi mengobati borok-borok yang nempel di sifat gua. Meyakinkan diri kalau memang menulis lah jalan ter-happy untuk berkarya sampai tua dan mati, kalau bisa sampai kehidupan-kehidupan yang akan datang. Belajar lebih tulus sayang sama orang, gak sempit pikirannya, kalau berani mencintai harus berani sakit hati, percaya kalau cinta itu gak kemana. percaya kalau jalan gua masih panjang dan masih banyak misteri hidup yang belum gua pecahin, terakhir percaya kalau gua bisa jadi orang yang berguna buat orang lain.
Percaya, berusaha, dan mencintai...
Happy Birthday...
June 24 2007
June 24 2007
Tuesday, June 19, 2007
Selamanya Walau Tidak Lama
Sekarang gua lagi inget, dulu, atas nama memikirkan orang lain, gua mati-matian memeras otak. mikirin mulai dari acara, games, talk show, pertemuan fenomena, promosi acara dan masih banyak lagi pretelan yang gak bakal habis disebutin satu-satu. gua inget banget, waktu itu gua gak kenal sama yang namanya waktu, hampir sepanjang waktu habis buat kumpul di jalan padang sama anak-anak ngomongin "apa lagi yang harus kita buat untuk membuat anak muda jakarta gak manja, bisa berkarya". Tahun demi tahun berlalu, acara demi acara lahir, dan ocehan demi ocehan nyokap yang selalu protes karena sering pulang malam atau gak pulang sekalian, juga lewat. Habis ide, putus asa, sambung asa, bangkit, jatuh lagi, berhasil, hampir berhasil, pokoknya semua juga sudah gua lewati sama anak-anak tim GM (generasi Muda).
Ketika itu kita satu, walau kadang goyah. waktu itu kita percaya kalau semua pasti bisa.
Sekarang waktu sudah berlari (walau gak jauh-jauh amat sih), banyak hal yang udah berubah. termasuk gua dan anak-anak tim. gau bukan lagi penanggung jawab Generasi Muda Jakarta Sentra B, bukan lagi bagian dari tim, gak lagi harus ngumpul sampai malam dan memikirkan nasib anak muda. walau, kadang, harus gua akui, i kine a miss those moment but, life goes on, dan gua sadar sesadar sadarnya kalau gua gak bisa selamanya ada di sana. gua harus bisa lebih maju dan gak selamanya jadi ABG. gua sadar kalau gua gak bisa selamanya hidup di masa lalu, untuk itulah gua berusaha untuk gak intervensi dalam setiap acara-acara mereka, walau kadang nurani gua gatel juga.
sekarang gua udah menjadi bagian dari Profesional Muda. mulai harus udah mulai mikirin kerjaan dan hari depan lebih serius. sekarang gua udah kerja walau di perusahaan kecil, tapi setidaknya gua selangkah mendekati impian gua dan mulai tanggung jawab terhadap diri sendiri.
sekarang, setelah gua gak lagi jadi tim GM, gua gak mau jadi bagian dari tim PRO M. alasannya, gak click aja. Banyak yang bilang kalau gua lagi dalam masa transisi dari satu ABG (Anak Baru Gede) ke ABG (Anak Beneran gede) yang lain. dan menurut pengalaman kakak gua, yang tim Pro M sejati, dia awalnya juga seperti gua, gak mau jadi tim Pro M, tapi akhirnya toh dia kepincut abis. ya... mungkin aja, tapi untuk sekarang gua gak merasa mau.
Tapi kadang gua jadi takut kualat. Orang-orang sering bilang kalau kita gak terlalu aktif lagi, bisa-bisa dapat musibah, karma buruk, dan momok-momok yang lain. tapi aktif bagi lo dan bagi gua belum tentu sama kan? Buat orang tua dan anak muda juga beda kan? Benang merahnya cuma satu, Berani percaya dan melaksanakan. lagi-lagi melaksanakan punya arti tersendiri buat tiap-tiap orang. Bagi para staff, calpan, pandita, dan semua tim kerja mungkin arti melaksanakan berarti menyerahkan jiwa raga, waktu, kemampuan dan pikiran untuk susunan. tapi buat orang lain, bisa saja melaksanakan itu berarti percaya, datang pertemuan, rombak sifat, nyumbang, yaaa that's it. as simple as that.
Kalau sekarang gua kelihatan agak mundur atau gak terlalu aktif bantuin acara-acara di BDI, bukan berarti sinjin gua mundur. lagi gak mau terlibat terlalu dalam aja. boleh donk kadang-kadang kita merasa jenuh akibat melakukan hal yang sama berkali-kali. hm... klo boleh jujur sih, memang ada juga faktor ketidakcocokan dengan beberapa orang, dari berbagai golongan. Mungkin kecewa setelah menyadari borok dari suatu sistem yang kelihatannya sangat humanis dan manusiawi itu, juga memberikan alasan buat gua untuk menjadi sedikit malas terlibat. tapi gua juga merasa salah, karena terlalu melihat semuanya dengan kaca mata gua yang mereknya "naif". Seharusnya gua sadar, Sempurna itu gak harus terbentuk dari semua yang baik-baik, tapi juga yang buruk.
ya... sekarang ini i'm just giving time for my self, entah sampai kapan, mungkin gak akan pernah lagi kembali menjadi seperti yang dulu, tapi mental yang sudah pernah terukir tak akan pernah bisa luntur sejauh apapun waktu berlalu. Untuk itu doa, harapan, dan impian gua akan tetap terpatri untuk impian besar itu. impian apa? hehehe. If we walking with the same heart, u'll know.
Ketika itu kita satu, walau kadang goyah. waktu itu kita percaya kalau semua pasti bisa.
Sekarang waktu sudah berlari (walau gak jauh-jauh amat sih), banyak hal yang udah berubah. termasuk gua dan anak-anak tim. gau bukan lagi penanggung jawab Generasi Muda Jakarta Sentra B, bukan lagi bagian dari tim, gak lagi harus ngumpul sampai malam dan memikirkan nasib anak muda. walau, kadang, harus gua akui, i kine a miss those moment but, life goes on, dan gua sadar sesadar sadarnya kalau gua gak bisa selamanya ada di sana. gua harus bisa lebih maju dan gak selamanya jadi ABG. gua sadar kalau gua gak bisa selamanya hidup di masa lalu, untuk itulah gua berusaha untuk gak intervensi dalam setiap acara-acara mereka, walau kadang nurani gua gatel juga.
sekarang gua udah menjadi bagian dari Profesional Muda. mulai harus udah mulai mikirin kerjaan dan hari depan lebih serius. sekarang gua udah kerja walau di perusahaan kecil, tapi setidaknya gua selangkah mendekati impian gua dan mulai tanggung jawab terhadap diri sendiri.
sekarang, setelah gua gak lagi jadi tim GM, gua gak mau jadi bagian dari tim PRO M. alasannya, gak click aja. Banyak yang bilang kalau gua lagi dalam masa transisi dari satu ABG (Anak Baru Gede) ke ABG (Anak Beneran gede) yang lain. dan menurut pengalaman kakak gua, yang tim Pro M sejati, dia awalnya juga seperti gua, gak mau jadi tim Pro M, tapi akhirnya toh dia kepincut abis. ya... mungkin aja, tapi untuk sekarang gua gak merasa mau.
Tapi kadang gua jadi takut kualat. Orang-orang sering bilang kalau kita gak terlalu aktif lagi, bisa-bisa dapat musibah, karma buruk, dan momok-momok yang lain. tapi aktif bagi lo dan bagi gua belum tentu sama kan? Buat orang tua dan anak muda juga beda kan? Benang merahnya cuma satu, Berani percaya dan melaksanakan. lagi-lagi melaksanakan punya arti tersendiri buat tiap-tiap orang. Bagi para staff, calpan, pandita, dan semua tim kerja mungkin arti melaksanakan berarti menyerahkan jiwa raga, waktu, kemampuan dan pikiran untuk susunan. tapi buat orang lain, bisa saja melaksanakan itu berarti percaya, datang pertemuan, rombak sifat, nyumbang, yaaa that's it. as simple as that.
Kalau sekarang gua kelihatan agak mundur atau gak terlalu aktif bantuin acara-acara di BDI, bukan berarti sinjin gua mundur. lagi gak mau terlibat terlalu dalam aja. boleh donk kadang-kadang kita merasa jenuh akibat melakukan hal yang sama berkali-kali. hm... klo boleh jujur sih, memang ada juga faktor ketidakcocokan dengan beberapa orang, dari berbagai golongan. Mungkin kecewa setelah menyadari borok dari suatu sistem yang kelihatannya sangat humanis dan manusiawi itu, juga memberikan alasan buat gua untuk menjadi sedikit malas terlibat. tapi gua juga merasa salah, karena terlalu melihat semuanya dengan kaca mata gua yang mereknya "naif". Seharusnya gua sadar, Sempurna itu gak harus terbentuk dari semua yang baik-baik, tapi juga yang buruk.
ya... sekarang ini i'm just giving time for my self, entah sampai kapan, mungkin gak akan pernah lagi kembali menjadi seperti yang dulu, tapi mental yang sudah pernah terukir tak akan pernah bisa luntur sejauh apapun waktu berlalu. Untuk itu doa, harapan, dan impian gua akan tetap terpatri untuk impian besar itu. impian apa? hehehe. If we walking with the same heart, u'll know.
Sunday, June 10, 2007
Aku Pikir Terus Maka Aku Tak Habis Pikir
Aku pikir aku kenal
Sesuatu yang sepertinya semua juga kenal
Semua percaya kekal
Aku pikir aku seperti mereka
Memiliki, atau merasa memiliki
Coklat kehidupan
Yang pahitnya rasa manis
Aku pikir aku tertawa
Padahal, sesungguhnya
Kabut berubah embun di sudut mata
Meneteskan perih yang membatu
Aku pikir aku tahu
Siapa dia
Yang menjelma diri
Sampai sepi mengatakan jujur
Sampai waktu mengungkap si pandir
Aku pikir aku berpikir
Cara obati perihnya luka
Menganga berbau bangkai harapan
Aku pikir kenapa selalu aku berpikir
Meski logika tak lagi mampu bicara
Kenapa
Susah percaya seutuhnya pada rasa
Semua percaya kekal
Aku pikir aku seperti mereka
Memiliki, atau merasa memiliki
Coklat kehidupan
Yang pahitnya rasa manis
Aku pikir aku tertawa
Padahal, sesungguhnya
Kabut berubah embun di sudut mata
Meneteskan perih yang membatu
Aku pikir aku tahu
Siapa dia
Yang menjelma diri
Sampai sepi mengatakan jujur
Sampai waktu mengungkap si pandir
Aku pikir aku berpikir
Cara obati perihnya luka
Menganga berbau bangkai harapan
Aku pikir kenapa selalu aku berpikir
Meski logika tak lagi mampu bicara
Kenapa
Susah percaya seutuhnya pada rasa
Thursday, June 7, 2007
Menjawab Si Aku
Andai kisah tersembunyi
Di balik kabut masa depan
Berbaik hati menampakan wajahnya
Walau hanya sebersit
Mengungkapkan arah
Pada keraguan yang tersesat di simpang jiwa
Percuma!
C'leletuk suara tanpa sosok
Dari dasar liang jiwa
Bersembunyi dalam kelam
Bersuara ketika diri lupa siapa
Kisah itu belum lagi lengkap wajahnya!
Melihatnya sama saja menipu diri
Langkahmu, yang kau pijak sekarang
Menentukan sosok wajahnya besok
Berjuanglah memecut diri
Dengan Euphoria sebagai candu
Karena hanya kamu yang mampu
Merangkai sendiri jawaban
Dari pertanyaanmu
Dan percayalah
Kau akan terbang tinggi
Setinggi Elang Menyambut Pagi
Di balik kabut masa depan
Berbaik hati menampakan wajahnya
Walau hanya sebersit
Mengungkapkan arah
Pada keraguan yang tersesat di simpang jiwa
Percuma!
C'leletuk suara tanpa sosok
Dari dasar liang jiwa
Bersembunyi dalam kelam
Bersuara ketika diri lupa siapa
Kisah itu belum lagi lengkap wajahnya!
Melihatnya sama saja menipu diri
Langkahmu, yang kau pijak sekarang
Menentukan sosok wajahnya besok
Berjuanglah memecut diri
Dengan Euphoria sebagai candu
Karena hanya kamu yang mampu
Merangkai sendiri jawaban
Dari pertanyaanmu
Dan percayalah
Kau akan terbang tinggi
Setinggi Elang Menyambut Pagi
Monday, June 4, 2007
Tak Ada Terang Tanpa Gelap
Ada kalanya kita masuk dalam sebuah jebakan besar dengan sengaja. di saat kita sadar kalau kegelapan adalah satu-satunya jalan keluar. Ketika kita masuk ke dalamnya, maka tak ada kata kembali atau menyerah. karena kembali berarti tersesat dan menyerah berarti mati. Tak ada orang yang rela di kambing hitam kan, tak ada keadaan yang bisa menjadi pelampiasan. hanya ada harapan di pucuk kehidupan yang tingginya hampir menusuk langit.
Sekarang semuanya terserah pada diri sendiri. Mampukah memanjat sampai ke ujung? Karena kalau tidak hati-hati, diri bisa terjebak pada kenyamanan sebuah batang besar dengan belaian lembut sepoi angin yang membujuk untuk beristirahat sampai akhirnya kita melupakan arah tujuan atau terpeleset dari sebuah batang kecil yang licin dan jatuh kembali dalam kelamnya kegelapan.
Sekarang semuanya terserah pada diri sendiri. Mampukah memanjat sampai ke ujung? Karena kalau tidak hati-hati, diri bisa terjebak pada kenyamanan sebuah batang besar dengan belaian lembut sepoi angin yang membujuk untuk beristirahat sampai akhirnya kita melupakan arah tujuan atau terpeleset dari sebuah batang kecil yang licin dan jatuh kembali dalam kelamnya kegelapan.
Subscribe to:
Posts (Atom)