Sunday, November 8, 2009

this is it


“Life is hard. We need to find meaning, something to believe in. and this is it.”


Sepenggal kalimat itu adalah testimonial dari salah satu penari latar MJ untuk konsernya yang tak akan pernah terwujud. Seminggu sebelum konser yang terakhir dalam karirnya, The King of Pop harus meninggalkan keluarga dan fansnya untuk selamanya. Tapi ia pergi tidak hanya meninggalkan duka, tapi juga cerita tentang kesungguhan yang menjadi harapan.


Siang kemarin, gua dan Faye nonton “This it”. Walau sebetulnya film ini pilihan kedua kami (setelah “9”) tapi setelah selesai nonton, film itu langsung meninggalkan kesan nomor satu di hati gua. Sepanjang film, gua gak bisa tahan untuk gak goyang dan gak ikutan nyanyi. Rasanya tubuh dan mulut gua bereaksi otomatis begitu musik dan suara MJ masuk ke telinga. Sepertinya tubuh gua menterjemahkan setiap nada, lirik dan gerak sebagai bujukan untuk ikut menari. Like a magician hypnotizing his audience, MJ every move is a complete magic.


Hal lain yang berhasil menyentuh gua adalah totalitas sang Raja Pop. Umurnya yang sudah mencapai 50 tahun, dan rehat yang cukup lama semenjak penampilannya yang terakhir, tidak menghalangi pria yang terkenal dengan gaya moonwalk-nya ini, untuk berlatih mati-matian menjelang konsernya. Setiap detil gerak dan musiknya dia perhatikan. Dia bernyanyi dan menari sepenuh hati, seakan latihan bukan latihan melainkan penampilan yang sesungguhnya. “Push the boundaries. It’s Michael is all about”, kira-kira begitu seingat gua, kalimat yang terlontar dari mulut wardrobe director-nya (kalau gak salah jabatannya).


Banyak banget quotes dan adegan menarik di film ini. Rasanya dengan menonton “This is it”, gua seperti berada di tengah-tengah suasana latihannya. Seakan-akan gua berada di London, duduk di bangku samping di hall tempat konser rencananya akan diadakan dan menyaksikan semua. Merasakan semua.


Tragis bila kita mengingat bagaimana sebelum meninggal, MJ sering didera gossip-gosip miring. Bahkan tak jarang ia menjadi bahan lelucon di berbagai acara. Mungkin gossip-gosip itu ada benarnya, mungkin juga tidak. Tapi satu hal yang pasti, ada banyak orang yang lebih buruk dari dia di dunia ini, tapi hanya ada sedikit orang seistimewa dia. Dan ia adalah sang legenda, yang melalui karya-karyanya, akan terus hidup di hati para penggemarnya.


Film ini juga membangkitkan sebuah perenunan tentang betapa singkatnya waktu untuk dihabiskan dengan takut menjadi diri sendiri dan terlalu mendengarkan apa yang orang lain ngomong soal kita. Betapa sering kita menunda apa yang kita mau, hingga akhirnya semua tinggal menjadi ”gua-sebetulnya-bisa-gak-ya?”, yang akan mendengung selamanya di kepala. Jangan takut menjadi sesuatu yang kita yakini, ”That’s why we have practice”, begitu MJ selalu bilang ketika dia atau rekan kerjanya melakukan kesalahan. Hidup sebagai kita hanya sekali. Kalau gak saat ini kapan lagi. This is it!

No comments: