Tuesday, November 3, 2009

tentang kegigihan, fokus, nyeri dan memar habis main basket

Hidup itu seperti olah raga. Sebut saja basket. olah raga yang baru aja gua lakonin tadi malam. Kadang kita menang, kadang kita kalah. Tapi bukan hasilnya yang mau gua bagi lewat tulisan ini, melainkan kegigihan, fokus, nyeri dan memarnya.


Udah cukup lama gua absen dari dunia perbasketan (gaya looh!). Tapi tadi malam, dengan perut buncit dan otot-otot yang sudah agak kendur, gua main basket, seolah-olah gua main basket setiap hari. Gas pooool! Lari sana lari sini, lompat sana lompat sini. Seandainya punya tangan mungkin paru-paru gua udah nampar gua bolak balik karena mengeksploitasi gak tahu batas. Tapi entah kenapa, tetep aja tuh gua paksain walau kadang gua harus berhenti untuk mengejar nafas. Mungkin karena gua tahu, menyerah berarti kalah. Jadi gua akan paksain sampai sedikit lewat garis batas kemampuan gua. Lagian buat apa kita punya batas kalau gak untuk dilanggar :D. Dari momen ini gua belajar soal kegigihan.


Akibatnya, muncul masalah ke dua, yaitu… fokus melayang. Kepala terasa berat, sedikit muter, karena asupan oksigen di kepala kurang. Alhasil, lemparan gua gak masuk-masuk, lihat temen kayak lawan, lawan kayak temen (salah oper deh). Karena ke-eror-an gua, lawan jadi dapat kesempatan untuk nambah skor dan teman-teman satu tim gua hanya bisa menunduk kecewa, mau negur gua gak enak, tapi kayaknya ketololan gua bakal membuahkan kekalahan. Lihat muka-muka kecewa itu, perasaan bersalah tumbuh subur di dada gua (Shit. Makin sesak nih!), dan gua langsung bertekad, kalau gua harus bisa lebih konsentrasi, demi teman-teman satu tim (sedaaaap!). Langsung aja gua bentak otak gua untuk berkerja lebih keras walau dengan honor oksigen seadanya. Untung otak gua cukup pengertian, jadi gua bisa mengurangi erorisme gua. Dari momen ini gua belajar, mikirin orang bisa membantu kita untuk lebih fokus.


Nah! Pas gua lagi istirahat, dengan tubuh yang udah payah dan basah oleh keringat, gua duduk terkulai seperti daun layu. Terus gua minum air sebanyak banyaknya dengan rakus, seolah-olah gua bisa minum sampai mengeringkan sebuah sungai. Setelah beberapa saat, capek pelan-pelan pergi, dan datanglah… nyeri otot atau keram. Waktu gua mau berdiri, otot paha kanan gua kayak dicubit. Ngiluuuu… terus punggung kaki kanan gua ikutan sakit ditambah jari-jari kaki yang ketusuk kuku kaki yang lupa digunting. Damn! Lengkap sudah nyeri di badan gua. Habis gelap datang lah badai. Tiba-tiba sebuah pencerahan muncul, sakit ini pasti karena seluruh otot kendur di badan gua lagi belajar untuk menjadi kencang. Kalau otot gua sukses jadi kencang, gua juga kan yang kelihatan macho (ahahahahueek…). Dari momen ini gua belajar, kalau gak sakit, ya gak belajar.


Ketiga poin di atas menyisakan beberapa oleh-oleh untuk di bawa pulang dan dinikmati di rumah. Memar. Sumpah, badan gua serasa habis diinjak-injak 100 orang. Yang buat gua menderita, memarnya seolah-olah ada di dalam kulit. Eh, ada satu yang di luar. Di punggung tangan kanan ada memar merah seperti tanda lahir sebesar kacang kedelai. Anehnya, gua mulai menikmati memar itu dan menganggapnya seperti pengingat; kalau tadi, gua gak nyerah dan berjuang sampe habis. Dari momen ini gua belajar, kalau kadang kita butuh sesuatu untuk mengingatkan, sudah sampai sejauh mana kita berusaha.


Selesai sudah pengalaman yang gua dapat dari setelah sekian lama gak main basket. Seperti udah gua bilang di atas, hidup itu seperti olah raga. tepatnya, seperti udah lama gak olah raga terus dipaksa abis-abisan. No pain no gain.


Tapi bagaimana pun olah raga itu bikin addict. Seperti hidup.

3 comments:

Faye said...

Hihihi seperti biasa aku ketawa-tawa baca tulisan km. Harusnya bacanya serius ya, ngebaca perjuangan kamu di lapangan. :p

Anonymous said...

Hahaha...nice analogy :)
Kapan main lagi nih?
Keburu kendor lagi deh;p

Anonymous said...

Hahaha...nice analogy :)
Kapan main lagi nih?
Keburu kendor lagi deh;p