Thursday, July 17, 2014

Pagi

-->
AC berderu lemah dan monoton. Udara dingin menyayat kulit tak berselimut. Tas hitam di lantai kamar ditangkap ekor mata seperti kepala tak berbadan. Sayup-sayup terdengar suara seorang wanita menyanyikan sebuah lagu mandarin dari radio kecil milik Papa. Nadanya mendayu-dayu. Suara penyanyinya merintih. Aku tak mengerti apa artinya, tapi aku bisa merasakan kesedihannya. Musik sember dari speaker “ember” milik tukang roti keliling mencemari pagi. Di antaranya, keponakanku menjerit menangis mencari perhatian. Pompa air berderu kasar seperti seorang tua sedang berusaha mengeluarkan dahak dari dalam tenggorokannya.
Suara-suara memang selalu memperebutkan pagi di tempat ini. Kadang terlalu. Namun aku tahu akan merindukan pagi yang bising ini ketika nanti tinggal sendiri. Namun aku akan punya pagi yang lain. Pagi yang baru. Pagi yang aku nantikan sejak setahun yang lalu. Pagi yang tidak diperebutkan. Pagi yang hanya menjadi milikku seorang.

No comments: