Monday, November 1, 2010

love is in between

“Ken, kan udah sejuta kali gua bilang, jangan percaya sama yang namanya laki-laki! Mereka semua ibarat air yang tak beriak.” Ujar Tata lembut mengayomi Niken, sahabatnya yang sedang menangis.

“Walau laki-laki kelihatannya bisa dipercaya, tapi mereka akan menenggelamkan elo ken. Jadi perempuan jangan tolol! Jangan bisanya nerimo. Kalau diinjak lelaki, tendang burungnya. Biar hancur lebur prasasti nafsu binatang pria yang besar-kecilnya selalu menjadi lebih penting daripada ukuran otak mereka.”

Niken masih terus menangis.

“Nangisin apa sih? Laki-laki gak pantes dapat air mata kita. Air mata perempuan itu murni dari hati, suci. Ngerti gak sih loe? Mereka cuma pantas dapat yang murahan. Jangan pernah kasih air mata.”

“tapi Ray beda Ta. Gua percaya sama dia” Sambil terisak Niken menyakinkan Tata.

“Kalau dia emang bisa dipercaya, kenapa dia tidur sama “pelacur” itu? serbu Tata gregetan.

“Ray Cuma khilaf Ta.”

“Niken, orang khilaf tuh sekali. Tapi kalau berkali-kali sama orang yang beda-beda, itu namanya sengaja.”

“Dia bilang cewek itu ngejebak dia. Ray dibikin mabok Ta.”

“Terus loe percaya begitu aja sama Ray? terus semua wanita itu ngejebak Ray untuk tidur sama mereka. Emang Ray siapa ken? Ganteng aja pas-pasan. Kenapa sih elo selalu telan bulat-bulat semua yang keluar dari mulut busuknya?” ledak Tata heran.

“Dia bilang, dia sayang banget sama aku Ta… dan…”

“So what?!” Tata memotong gak tak percaya.

“...dan gua juga sayang banget sama dia.” Niken melanjutkan.

“Loe tuh emang bego Ken! Bego karena terlalu gampang percaya cinta.”

Dan mereka berdua pun terdiam. Ada keheningan ganjil yang mengambang di antara mereka.

“kalau gitu buat apa loe duduk di depan gua nangisin Ray?” Tata melanjutkan kini dengan nada yang sedikit mengalah.

Niken hanya menunduk memainkan es di dalam gelasnya seakan-akan mencari jawaban di sana.

“Ken, jatuh cinta itu boleh, tapi please pakai otak.”

“Itu kenapa Danny ninggalin elo Ta.” Jawab Niken masih menunduk.

“hah? Kok loe bawa-bawa Danny? Gak ada hubungannya.” Sergah tata bingung dan marah.

“Ada Ta. Ada banget hubungannya.” Jawab Niken.

“Apa? Huh? coba kasih tahu gua!”

“Ta loe selalu bilang kalau Danny ninggalin elo karena dia nyeleweng sama perempuan yang loe panggil pelacur itu. Tapi kenyataanya gak sesimpel itu Ta.”

“maksud loe? Gak ngerti gua?”

“Loe gak akan bisa ngerti Ta. Sampai suatu saat loe bisa mencintai seseorang gak cuma dengan otak tapi juga hati loe.”

Tata tampak semakin marah dan bingung atas penghakiman Niken, “apasih ken maksud loe? Ngomong gak usah muter-muter.”

“Ta, Danny jatuh cinta sama perempuan lain karena perempuan itu bisa mencintai dia gak cuma pakai logika. Perempuan itu bisa ngerti Danny apa adanya. Perempuan itu bisa menyemangati Danny dengan lembut, bukan dengan bentak-bentak seperti loe Ta. Masalah loe Cuma satu, loe selalu mencoba merasionalkan cinta. Gak bisa Ta. Cinta bukan matematika, dia gak bisa dihitung dan gak ada rumusnya.”

“PRANG!” Tata membanting gelas ke lantai.

“eh jangan sok tahu ya.” Lalu tata berdiri menyambar tasnya dan pergi keluar dari apartment Niken.

Sejak malam itu persahabatan mereka tak lagi sehangat dulu, walau dalam hati, mereka sadar ucapan masing-masing ada benarnya.

No comments: