Malam seakan berdendang ketika earphone-ku mulai bernyanyi. Irama dansa. Ranting-ranting pohon pun ikut berjoget bersama angin. "Kiri-kanan. Mengangguk-menggeleng."
Ayo hentakan tanganmu, bebaskan jiwamu! Ikuti ketukannya.
Jangan pedulikan orang-orang mengira kita gila. Tirulah sebuah pelastik hitam yang tak bisa berhenti berputar dan melompat riang di tengah jalan. Ia begitu bahagia, pantas hidupnya sampai ratusan tahun.
Lampu jalanan pun ikut bagian, berkedap-kedip bagai lampu disco. "Remang-terang. Remang-terang." Mendramatisir suasana malam hura-hura ini.
Jalanan panjang tak mau kalah, ia goyangkan pinggulnya dengan genit, kelok ke kanan, kelok ke kiri. Menggoda diriku agar mau membelai tubuhnya sampai ke ujung.
Lihatlah orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan, lelah tanpa ekspresi. Mungkin keceriaan mereka telah lebam dihajar kerasnya hidup. Ingin rasanya aku pinjamkan earphone agar mereka bisa ikut bergoyang. Tapi sayang, aku belum siap kehilangan irama. Aku juga sedang diliput lara. Tapi aku sedang tidak ingin bicara. Lebih baik aku berjoget. Biar pinggulku yang bicara, dan hatiku akan tertawa.
No comments:
Post a Comment