Monday, June 9, 2008
Di puncak alam
Di puncak gunung penanjakan
ketika semesta malam masih bertahta
aku berdiri menanti
sang kaisar pagi menampakan diri
langit malam bertabur pasir bintang
kerlipnya begitu indah terasa dekat
rasanya sanggup kuraup segenggam
untukku sebar ketika malamku tiba
Dingin merayap pelan
di balik baju-baju tebal
di sekelilingku,
orang-orang berpelukan mesra
mencari kehangatan melawan dingin
di balik selimut
di dalam cinta
bisikan alam terdengar lembut
serupa desiran angin
yang dingin di daun telinga
di antara tawa dan bicara
perlahan
langit gelap berubah terang
pagi menyapukan kuasnya
menorehkan semburat merah keemasan
megah di ujung langit
Aku berada setinggi awan
namun bukan melayang
melainkan bediri tegak
menjejak ibu pertiwi
hamparan langit luas
tersajikan tanpa batas
seluas hati
dalam nasihat orang-orang tua
di ujung lain,
sebuah gunung
menghembuskan asap tebal abu-abu
wajahnya penuh keriput
seperti seorang kakek
yang sedang menikmati sebatang kreteknya
Akhirnya,
sang kala pun terbit
bulat sempurna
merah menyala
bagai bara api
merayap lambat
di dinding langit kebiruan
Semua terperangah
memanahkan tatap ke ujung sana
sementara kagum merekah di dalam dada
hati tak percaya betapa menakjubkan
alam negeri ini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment