Malam datang dengan cepat lalu beranjak lambat. Tubuh yang kering daya ini duduk sambil mengaduk lembut seperiuk bubur ikan di hadapan. Sepasang earphone yang menggantung di kedua telingaku, sedang menggelar konser Coldplay.
He said I’m going to buy this place and burn it down
I’m going to put it six feet underground
He said I’m going to buy this place and watch it fall
A rush blood to head adalah lagu yang sedang dinyanyikan Chris dengan suara seraknya yang megah menggema diiringi melodi yang merdu. Setelah dua hari aku diterpa tekanan bertubi-tubi, malam ini terasa sangat muram dan melelahkan. Indra yang melemah karena terus dipacu membuat aku tidak bisa menikmati indahnya malam. Padahal, entah sudah sejak kapan aku dan malam bersahabat. Kami begitu dekat sampai kadang membuat pagi cemburu dan siang gigit jari.
Bubur ikan itu ditaruh di dalam sebuah periuk berwarna putih susu. Asapnya mengepul-ngepul melukis malam, lalu hilang dibawa angin. Aku mengambil sebuah sendok porselin putih dan mencelupkannya ke dalam bubur, lalu mengaduknya perlahan. Lebih banyak lagi asap panas melayang keluar dari dalam bubur, menari-nari di udara.
Stand here beside me baby in the crumbling walls
Oh I’m going to buy this place and start a fire
Stand here until I fill all your heart’s desires
Because I’m going to buy this place and see it burn
Do back the things it did to you in return
Selagi aku mendinginkan bubur, aku perhatikan malam yang sudah semakin tua. Semakin jarang mobil melintas, tapi semakin banyak orang yang mampir ke kedai bubur ini. Tiga orang sahabat, sepasang suami-istri, keluarga, dan beberapa penyendiri, seperti aku. Semangkuk bubur memang teman yang baik di malam hari.
Ketika buburku sudah hangat, aku ambil tiga sendok dari dalam periuk dan memasukkan ke dalam mangkuk putih kecil. Aku angkat lepek berisi cabe rawit potong dan kecap asin, lalu kutungkan beberapa potong. Potongan cabe hijau mendarat di atas bubur, beberapa tetes kecap asin langsung menyerap. Perlahan aku aduk buburku hingga tercampur. Dan akhirnya datanglah saat untuk suapan pertama. Ketika sampai di mulut, bubur itu terasa hangat dan asin. Seketika moodku yang kelelahan seperti dibangunkan kembali. “Akh nikmat.” Syukurku dalam hati. Semalaman aku memang belum makan apa-apa.
Ah, ah, ah
He said Oh I’m going to buy a gun and start a war
If you can tell me something worth fighting for
Oh I’m going to buy this place, that’s what I said
Blame it upon a rush of blood to the head, to the head
Bubur itu salah satu makanan yang paling bisa memanjakan lidahku. Rasa gurih khas nasi bercampur dengan gurih bumbu dan sari daging ikan, menciptakan kenikmatan yang sulit digambarkan. Tekstur lembut bubur dengan aksen potongan-potongan daging ikan yang dimasak dengan pas hingga empuk namun tidak hancur, membawa nikmat sampai ke surga.
(And) Honey
All the movements you’re starting to make
See me crumble and fall on my face
And I know the mistakes that I made
See it all disappear without a trace
And the call as they beckon you on
They said start as you mean to go on
Start as you mean to go on
Sementara aku menikmati suap demi suap, Cold Play masih memainkan nada demi nada untuk menghiburku. Perpaduan keduanya kembali mendekatkan aku dengan malam yang melelahkan ini. Hingga akhirnya kami pun kembali rujuk. Malam ini jadi indah, dengan angin yang bertiup lembut dan mobil yang sesekali melintas. Di kedai bubur ini, orang-orang terus datang dan pergi. Tapi malam tetap setia dan bubur terus menemani, sedangkan Cold Play, aku ajak mereka pulang untuk menemani perjalananku sampai ke rumah.
He said I’m going to buy this place and see it go
Stand here beside me baby watch the orange glow
Some will laugh and some just sit and cry
But you just sit down there and you wonder why
No comments:
Post a Comment