Mengamati tenangnya suasana kafe ini ditemani melodi romantis Rod Stewart yang melantun mengawang-ngawang dari dalam earphone, hati pun menjadi sedikit sejuk. Wangi kopi yang dipanggang melayang lembut merasuki jiwa, membuai sukma. Ini saat di mana kita bisa menikmati wajah asli kafe ini.
Ini pengobatan jiwa namanya.
Namun beberapa saat kemudian...
jarum pendek nyaris menunjuk angka delapan. Jam makan malam sudah berakhir. Orang-orang mulai berdatangan. Seorang anak kecil cempreng merengek minta dibelikan kue-kue yang bertengger di balik etalase. Suaranya menarikku dari lamunan.
seorang wanita cantik bertubuh aduhai berhenti di depanku mengusik perhatian, tapi bukan hatiku.
Suasana tenang kafe ini mulai tercemari. Polusi-polusi suara mulai berdatangan bersama pengunjung.
seorang anak kecil berbaju merah dan berambut tentara mampir di sampingku mengintip isi laptopku sambil bersuara seperti orang memanggil burung. "keeert... keeeer!"
Suara mesin menggiling biji-biji kopi mulai mengudara.
Sekelompok ABG tertawa-tawa nyaring dari sofa sebelah.
Orang-orang berkelibatan di mataku.
hm... kayaknya sekarang sudah tiba giliran aku yang makan malam.
No comments:
Post a Comment