Pagi ini, ketika langit masih buta, bersama kantuk yang menggelayuti mata, aku menuliskan doa yang semoga mampu memberikan kekuatan setiap kali aku menghadapi kegagalan apapun bentuknya. Doa ini bukanlah permohonan belas kasihan atau simpati. Doa ini, walau nantinya hanya sedikit, merupakan jiwa dari semua kekuatan yang akan kupakai untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Doa ini merupakan suplemen yang harus kuminum, bukan hanya setiap hari, tapi juga setiap saat, bahkan pada suatu saat nanti, ketika aku sedang merasa tidak membutuhkannya. Doa ini akan bermula dan bermuara pada satu ujung. Tak ada yang special dalam doa ini, tak ada juga keajaiban dalam doa ini tanpa aku menyandingkannya dengan usaha yang keras. Doaku adalah; “Terbitkanlah kekuatan dari dalam diri agar aku mampu kalahkan aku.”
Tuesday, August 28, 2007
Monday, August 6, 2007
Menilai hidup...
I don't know the secret to success, but the key to failure is to try to please everyone.
-Bill Cosby
Kenapa kita mau terus hidup dalam penilaian orang lain. apa kita harus? padahal yang baik buat kita belum tentu baik buat mereka, yang keren versi kita bisa jadi kampungan buat orang lain. kalau sudah begitu, kita mau apa? apa harus merubah diri menjadi seperti yang mereka senangi walau harus membayarnya dengan kebahagiaan kita?
Dari sebelum kita lahir aja, orang-orang sudah menilai, "duh bayinya nendang-nendang mulu, gedenya pasti nakal." Dan akan terus berlanjut sampai kita brojol ke dunia dan kembali bersatu dengan alam. Semakin kita dewasa, semakin besar juga beban yang harus ditanggung. Membawa nama baik keluarga, dan lembaga tertentu. kalau kita salah mereka juga ikut gerah. Tapi bukan berarti kita tak boleh melakukan kesalahan kan? Bukan berarti kesalahan itu tidak bisa diperbaiki kan?
Boleh suka-suka asal tidak sesuka-suka kita. Itu prinsip yang meninspirasikan kehidupan gua. Is it work? not that smooth, but yeah... Karena dalam senyata-nyatanya hidup, menjalankan prinsip itu ternyata gak gampang. Akan ada aja orang yang kepo menilai kita, padahal jelas-jelas gua gak menyusahkan mereka. Yang gua lakukan adalah mengekspresikan diri. Jadi apa adanya. gua pakai celana sobek, celana gua yang sobek dan gua yang pakai, tapi kenapa mereka yang ribut. Gak sopan lah, gak baik lah. kecuali celana loe yang gua sobek baru boleh buka bicara.
Tapi apa artinya kalau gua menyambut pendapat mereka dengan urat yang menonjol di pelipis dan hati yang panas. Selama jiwanya masih kerdil, mereka akan selalu peduli pada hal-hal kecil, toh mereka juga punya mulut yang bisa ngoceh.
Cape rasanya kalau terus hidup di bawah bayang-bayang penilaian orang lain. Lebih cape lagi berharap semua orang bisa terima gua apa adanya.
Orang akan terus menilai, sekarang tinggal kitanya apa cukup dewasa untuk memilah-milah penilaian yang benar dan yang tidak benar. Karena bila kita hidup tanpa peduli sedikitpun pada penilaian, kita akan hidup seperti banteng lepas yang ditusuk pantatnya dan ditutup matanya.
Hidup ini memang untuk orang lain, maksudnya kita hidup untuk kebahagiaan orang lain. Semua yang kita lakukan harus berdasarkan prinsip "untuk orang lain." Tapi untuk bisa hidup demi orang lain, buka berarti kita harus hidup menjadi orang lain. Everyone have their own way of doing something. Right?
Jadi gak usah terlalu pusing lah, jangan terlalu kuat jaga mukanya, sedikit baret akan menjadikan kita lebih manusia.
Enjoy life while you can. Live life to build happiness for others. Don't Live life based other's happiness.
-Bill Cosby
Kenapa kita mau terus hidup dalam penilaian orang lain. apa kita harus? padahal yang baik buat kita belum tentu baik buat mereka, yang keren versi kita bisa jadi kampungan buat orang lain. kalau sudah begitu, kita mau apa? apa harus merubah diri menjadi seperti yang mereka senangi walau harus membayarnya dengan kebahagiaan kita?
Dari sebelum kita lahir aja, orang-orang sudah menilai, "duh bayinya nendang-nendang mulu, gedenya pasti nakal." Dan akan terus berlanjut sampai kita brojol ke dunia dan kembali bersatu dengan alam. Semakin kita dewasa, semakin besar juga beban yang harus ditanggung. Membawa nama baik keluarga, dan lembaga tertentu. kalau kita salah mereka juga ikut gerah. Tapi bukan berarti kita tak boleh melakukan kesalahan kan? Bukan berarti kesalahan itu tidak bisa diperbaiki kan?
Boleh suka-suka asal tidak sesuka-suka kita. Itu prinsip yang meninspirasikan kehidupan gua. Is it work? not that smooth, but yeah... Karena dalam senyata-nyatanya hidup, menjalankan prinsip itu ternyata gak gampang. Akan ada aja orang yang kepo menilai kita, padahal jelas-jelas gua gak menyusahkan mereka. Yang gua lakukan adalah mengekspresikan diri. Jadi apa adanya. gua pakai celana sobek, celana gua yang sobek dan gua yang pakai, tapi kenapa mereka yang ribut. Gak sopan lah, gak baik lah. kecuali celana loe yang gua sobek baru boleh buka bicara.
Tapi apa artinya kalau gua menyambut pendapat mereka dengan urat yang menonjol di pelipis dan hati yang panas. Selama jiwanya masih kerdil, mereka akan selalu peduli pada hal-hal kecil, toh mereka juga punya mulut yang bisa ngoceh.
Cape rasanya kalau terus hidup di bawah bayang-bayang penilaian orang lain. Lebih cape lagi berharap semua orang bisa terima gua apa adanya.
Orang akan terus menilai, sekarang tinggal kitanya apa cukup dewasa untuk memilah-milah penilaian yang benar dan yang tidak benar. Karena bila kita hidup tanpa peduli sedikitpun pada penilaian, kita akan hidup seperti banteng lepas yang ditusuk pantatnya dan ditutup matanya.
Hidup ini memang untuk orang lain, maksudnya kita hidup untuk kebahagiaan orang lain. Semua yang kita lakukan harus berdasarkan prinsip "untuk orang lain." Tapi untuk bisa hidup demi orang lain, buka berarti kita harus hidup menjadi orang lain. Everyone have their own way of doing something. Right?
Jadi gak usah terlalu pusing lah, jangan terlalu kuat jaga mukanya, sedikit baret akan menjadikan kita lebih manusia.
Enjoy life while you can. Live life to build happiness for others. Don't Live life based other's happiness.
Subscribe to:
Posts (Atom)