Monday, April 25, 2011
Take a leap of faith. Make friend with the impossible. It is not your enemy. It's blessing in disguise. If you are willing to believe it and then you fight hard enough, in time, it will show you the path to the possible. It may be a long and winding road, where you hardly see the end, but if you keep on walking and walking and walking, despite all heartache and hardness you confront, you’ll get there. And if there are so many of you who believe, then, the world might also get there.
Friday, April 22, 2011
Diary DracScene Fiximix
Setelah tiga minggu mati suri, akhirnya senin, 18 april 2011, jam 7 malam, kelas DRAC Scene bisa berjalan lagi. Walau ditantang hujan besar yang tiba-tiba tumpah, arry yang datang dari tanggerang dan Edwin yang kabur dari kantornya di Thamrin, berhasil sampai dengan selamat ke Magma Entertainment.
Setelah lama tidak datang ke Magma, malam itu kami seperti membayar rindu yang sudah menunggak dan berbunga. Pagar biru besar, logo merah Magma E, pintu kaca, ruangan bernuansa kayu yang nyaman, banner film Elang, Pak Kosim, dan Ibu Diah, mengingatkan kami pada masa-masa masih rutin kelas tiga kali seminggu.
Ketika kami masuk ke dalam, Mas Charles (yang sepertinya habis cukur rambut) sedang berada di kantornya, serius menatapi komputer, seolah-olah ada kekasihnya di sana. Setelah disambut senyum hangat ala Mas Chae, Arry dan Edwin langsung sigap mengambil tempat duduk. Agenda kami malam itu adalah membahas treatment film tugas akhir kelas DRAC Scene.
Namun topik awal pembicaraan kami diambil alih oleh sebuah peristiwa mengenaskan, atau lebih tepatnya bencana yang terjadi malam sebelumnya, yaitu drama pertandingan arsenal vs Liverpool yang berakhir seri 1-1. Edwin sang arsenal man pun langsung mengoceh, curcol lebih tepatnya, tentang bagaimana mimpi Arsenal menjadi juara, hancur berantakkan ketika Eboue menjatuhkan Lucas.
Setelah itu kita membahas sedikit tentang project akhir kelas Drac Scene, sebelum pergi mencari makan malam. Karena kebetulan cacing di perut kami sudah mulai melakuan tindakan vandalism terhadap lambung.
Diskusi tentang Drac Scene berlanjut di restoran soto betawi di TIM (Taman Ismail Marzuki). Mas Charles sedikit membocorkan tentang project berikutnya yang sangat menginspirasikan. Mendengar bocorannya saja, Edwin dan Arry langsung ternganga-nganga. Setelah itu topik pembicaraan berubah menjadi soal bisnis dan pendidikan. Bersama mas Charles, kita memang tidak melulu bicara tentang film, tapi juga berbagai hal lain untuk memperkaya wawasan, hal yang penting untuk menjadi seorang penulis yang baik.
Kembali ke Magma, kami langsung membahas lebih intens tentang project akhir DRAC Scene. Salah satu dari kami melempar sebuah ide yang bisa memperkuat karakter salah satu tokoh utama di cerita kami. Namun akan ada beberapa hal lain di dalam alur cerita yang terpaksa berubah untuk menyesuaikan karakter. Namun, tampaknya cerita akan menjadi lebih kuat.
Pertemuan berakhir sekitar pukul 21:00 dengan melihat foto-foto perjalanan Pul-Kamp Mas Charles dan ayahnya beberapa bulan lalu.
Kelas akan berlanjut hari jumat, 22 april 2011, untuk membahas treatment tugas akhir Drac Scene.
See you on Friday guys ☺
Setelah lama tidak datang ke Magma, malam itu kami seperti membayar rindu yang sudah menunggak dan berbunga. Pagar biru besar, logo merah Magma E, pintu kaca, ruangan bernuansa kayu yang nyaman, banner film Elang, Pak Kosim, dan Ibu Diah, mengingatkan kami pada masa-masa masih rutin kelas tiga kali seminggu.
Ketika kami masuk ke dalam, Mas Charles (yang sepertinya habis cukur rambut) sedang berada di kantornya, serius menatapi komputer, seolah-olah ada kekasihnya di sana. Setelah disambut senyum hangat ala Mas Chae, Arry dan Edwin langsung sigap mengambil tempat duduk. Agenda kami malam itu adalah membahas treatment film tugas akhir kelas DRAC Scene.
Namun topik awal pembicaraan kami diambil alih oleh sebuah peristiwa mengenaskan, atau lebih tepatnya bencana yang terjadi malam sebelumnya, yaitu drama pertandingan arsenal vs Liverpool yang berakhir seri 1-1. Edwin sang arsenal man pun langsung mengoceh, curcol lebih tepatnya, tentang bagaimana mimpi Arsenal menjadi juara, hancur berantakkan ketika Eboue menjatuhkan Lucas.
Setelah itu kita membahas sedikit tentang project akhir kelas Drac Scene, sebelum pergi mencari makan malam. Karena kebetulan cacing di perut kami sudah mulai melakuan tindakan vandalism terhadap lambung.
Diskusi tentang Drac Scene berlanjut di restoran soto betawi di TIM (Taman Ismail Marzuki). Mas Charles sedikit membocorkan tentang project berikutnya yang sangat menginspirasikan. Mendengar bocorannya saja, Edwin dan Arry langsung ternganga-nganga. Setelah itu topik pembicaraan berubah menjadi soal bisnis dan pendidikan. Bersama mas Charles, kita memang tidak melulu bicara tentang film, tapi juga berbagai hal lain untuk memperkaya wawasan, hal yang penting untuk menjadi seorang penulis yang baik.
Kembali ke Magma, kami langsung membahas lebih intens tentang project akhir DRAC Scene. Salah satu dari kami melempar sebuah ide yang bisa memperkuat karakter salah satu tokoh utama di cerita kami. Namun akan ada beberapa hal lain di dalam alur cerita yang terpaksa berubah untuk menyesuaikan karakter. Namun, tampaknya cerita akan menjadi lebih kuat.
Pertemuan berakhir sekitar pukul 21:00 dengan melihat foto-foto perjalanan Pul-Kamp Mas Charles dan ayahnya beberapa bulan lalu.
Kelas akan berlanjut hari jumat, 22 april 2011, untuk membahas treatment tugas akhir Drac Scene.
See you on Friday guys ☺
Subscribe to:
Posts (Atom)