Akhirnya selesai juga. Ucapan ini bukanlah suatu kelegahan dari beban yang menyekik leher, tapi lebih sebagai ekspresi kepuasan, bukan juga karena hasil yang tertoreh dengan lintang keberhasilan sempurna, tapi justru ekspresi kelegahan karena masih bisa melihat dimana letak kekurangannya.
Proyek pertunjukan Morinaga ini adalah yang kedua sekaligus pertama yang pernah gua tulis. Kedua setelah teater pemilihan gadsam (gadis sampul) dan pertama yang gua dan faye tulis tanpa terlalu ada supervise dari penulis senior. Jadi rasanya ya… lumayan gak PD di awal, tertantang untuk lebih memacu diri, excited, puas karena gua merasa sudah menguji batas gua, gak puas karena gua yakin bisa bikin yang lebih baik lagi.
“Teruslah menulis” merupakan kenang-kenangan motivasi dari sang asisten sutradara yang ramah dengan lelucon-leluconnya yang muncul mendadak seperti kotak sulap badut yang tiba-tiba melontarkan isinya. “yes, I will” jawab gua dalam hati.
Dari pertunjukan ini gua belajar banyak hal, pertama; no matter in what industry you are, most of the client is a bitch, kedua, kurangnya kemampuan bikin plot yang smooth dan kurang jeli menentukan ending cerita, ketiga, belajar lebih yakin sama diri sendiri (seperti kata penulis senior gua, “selon aja lagi”). Keempat, betapa gua tersentuh untuk belajar arti kesungguhan dan ketulusan yang polos dari melihat anak-anak.