Hidup itu seperti olah raga. Sebut saja basket. olah raga yang baru aja gua lakonin tadi malam. Kadang kita menang, kadang kita kalah. Tapi bukan hasilnya yang mau gua bagi lewat tulisan ini, melainkan kegigihan, fokus, nyeri dan memarnya.
Udah cukup lama gua absen dari dunia perbasketan (
Akibatnya, muncul masalah ke dua, yaitu… fokus melayang. Kepala terasa berat, sedikit muter, karena asupan oksigen di kepala kurang. Alhasil, lemparan gua gak masuk-masuk, lihat temen kayak lawan, lawan kayak temen (salah oper deh). Karena ke-eror-an gua, lawan jadi dapat kesempatan untuk nambah skor dan teman-teman satu tim gua hanya bisa menunduk kecewa, mau negur gua gak enak, tapi kayaknya ketololan gua bakal membuahkan kekalahan. Lihat muka-muka kecewa itu, perasaan bersalah tumbuh subur di dada gua (Shit. Makin sesak nih!), dan gua langsung bertekad, kalau gua harus bisa lebih konsentrasi, demi teman-teman satu tim (sedaaaap!). Langsung aja gua bentak otak gua untuk berkerja lebih keras walau dengan honor oksigen seadanya. Untung otak gua cukup pengertian, jadi gua bisa mengurangi erorisme gua. Dari momen ini gua belajar, mikirin orang bisa membantu kita untuk lebih fokus.
Nah! Pas gua lagi istirahat, dengan tubuh yang udah payah dan basah oleh keringat, gua duduk terkulai seperti daun layu. Terus gua minum air sebanyak banyaknya dengan rakus, seolah-olah gua bisa minum sampai mengeringkan sebuah sungai. Setelah beberapa saat, capek pelan-pelan pergi, dan datanglah… nyeri otot atau keram. Waktu gua mau berdiri, otot paha kanan gua kayak dicubit. Ngiluuuu… terus punggung kaki kanan gua ikutan sakit ditambah jari-jari kaki yang ketusuk kuku kaki yang lupa digunting. Damn! Lengkap sudah nyeri di badan gua. Habis gelap datang lah badai. Tiba-tiba sebuah pencerahan muncul, sakit ini pasti karena seluruh otot kendur di badan gua lagi belajar untuk menjadi kencang. Kalau otot gua sukses jadi kencang, gua juga
Ketiga poin di atas menyisakan beberapa oleh-oleh untuk di bawa pulang dan dinikmati di rumah. Memar. Sumpah, badan gua serasa habis diinjak-injak 100 orang. Yang buat gua menderita, memarnya seolah-olah ada di dalam kulit. Eh, ada satu yang di luar. Di punggung tangan kanan ada memar merah seperti tanda lahir sebesar kacang kedelai. Anehnya, gua mulai menikmati memar itu dan menganggapnya seperti pengingat; kalau tadi, gua gak nyerah dan berjuang sampe habis. Dari momen ini gua belajar, kalau kadang kita butuh sesuatu untuk mengingatkan, sudah sampai sejauh mana kita berusaha.
Selesai sudah pengalaman yang gua dapat dari setelah sekian lama gak main basket. Seperti udah gua bilang di atas, hidup itu seperti olah raga. tepatnya, seperti udah lama gak olah raga terus dipaksa abis-abisan. No pain no gain.
Tapi bagaimana pun olah raga itu bikin addict. Seperti hidup.
3 comments:
Hihihi seperti biasa aku ketawa-tawa baca tulisan km. Harusnya bacanya serius ya, ngebaca perjuangan kamu di lapangan. :p
Hahaha...nice analogy :)
Kapan main lagi nih?
Keburu kendor lagi deh;p
Hahaha...nice analogy :)
Kapan main lagi nih?
Keburu kendor lagi deh;p
Post a Comment